Siang itu teramat teriknya. Matahari seakan-akan membakar sepanjang jalanan beraspal ini. Bolongnya lapisan ozon di atas sana, membuat panas luar biasa rasanya di badan. Kadang justru terasa menggigil seperti demam karena amat panas. Meskipun pengendara motor sudah berjaket dan asesories lengkap, tapi tetap tembus, seperti diopen dalam microwave.
Tiba-tiba di depan sana. “Diiiinnnn......diiiiiiiiiiiiiiiiinnnnnnnnnnnnnnnnn…” suara klakson panjang melengking. Disambung lagi mobil di belakangnya. “Teeeeeeeeeeeeeeeeeeeeet……tet…teeeeeeeeeeeeeeeeeeetttttttttttttt” panjang tak kalah geramnya. Di baris ketiga tak ketinggalan…”Diiin….din…diiiinnnn….”, “Diiin…dinn…diiinn…, diiiiiiiiinnn…..” membunyikan klakson mobilnya sesuka hatinya.
Bunyi-bunyian itu tak henti-hentinya, hingga memekakkan telinga. Suaranya berasal dari tiga buah mobil mewah edisi mutakhir. Mereka terhenti karena terjebak macet, dan rupanya ada sesuatu yang membuat macet di depan sana. Sesekali orang di dalamnya melongok-longok mengumpat-umpat mengomel.
Ternyata di depan ada tukang becak yang overload kelebihan beban. Setelah dimuati beberapa zak semen, dan material-material lainnya. Beberapa lonjor besi beton cor bertengger memanjang di atas becaknya. Tak terbayangkan betapa beratnya. Lagi pula di titik itu jalan sedikit menanjak.
Bapak tukang becak tampak kepayahan mendorong becaknya yang sarat beban. Tak ada seorang pun tergerak untuk sudi menolongnya. Hati manusia sudah pada tuli tampaknya. Pak becak itu sudah berusia lanjut tapi tubuhnya masih tegap berotot ulet. Kulitnya legam, menandakan secara historis dia sering bergelut dengan panas matahari dalam mencari nafkah.
Didorongnya becak itu sekuat tenaganya. Sepertinya sudah berkilometer dia mengayuh, dan di tanjakan ini adalah sisa-sisa tenanganya. Mukanya menunduk ke bawah agar tidak silau terpampang matahari. Sambil mengerahkan tenaganya menatap aspal di bawahnya yang seperti menggembur kepanasan. Sandal jepitnya seolah meleleh pula lengket dengan aspal.
“Diiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiinnnn….teeeeeett…dooott..dott…..tiiiiiiiinnn” segala tetet towet klakson ditekan semakin kencang dan marah.
“Ya Allah….ya Allah….” gumam pak becak. “Demi Tuhan!...ini sangat berat!”
Pak becak tak mungkin menepikan becaknya karena trotoar sangat tinggi, jika nekat bisa-bisa muatannya tumpah bercerai-berai. Sementara kendaraan dari arah berlawanan tak henti-hentinya berlalu lalang.
“Ya Tuhan….kalian manusia atau bukan!, oh…” dalam benaknya Pak Becak berkata-kata. “Ada apa dengan kalian ini, tidak taukah rasanya melakukan ini. Tidakkah di dalam mobil begitu dingin dan sejuk. Berjam-jam didalamnya pun kalian bisa pulas. Keburu apa kalian? Hendak kemana? Apakah kalian ingin segera mencebur ke neraka?”
Suara klakson makin menggila bersahut-sahutan. “Oh…mohon bersabarlah..berat sekali ini…Oh Tuhanku” “Andai boleh bertukar sebentar saja, kalian coba dorong benda ini, dan jika kalian mengeluh melakukan ini.…akan kucambuk kalian dengan besi cor keras ini. Agar kalian mengerti.” batinnya geregetan.
Fikiran Pak Becak kesana kemari. Napasnya seakan hampir putus. Setelah ada celah di sisi kanan, mobil-mobil itu menyalip dengan brutalnya. “Oooo…Dasar Budheeeg!!!!!” seseorang mengumpatinya. Beberapa lainnya merengut dan memelototkan matanya sambil menggeber-geber gas mobilnya. Seolah-olah Pak Becak adalah pendosa yang amat berat.
Pak Becak terhenyak, dia hendak marah, tapi ditahan perasaannya. Lalu menunduk lagi tetap terus mendorong bebannya. Tak terasa air matanya menetes. “Tidak tahukah kalian..demi 15ribu rupiah aku melakukan ini, dan demi menafkahi keluargaku”. “Tuhan menghendaki aku seperti ini, dan menghendaki kalian demikian. Sungguh enak sekali kalian, tidak bersusah payah setiap hari. Tapi kenapa kesejukan di dalam sana, sepertinya membuat otak kalian mendidih” “Rupanya kalian manusia tapi berotak anjing, yang kerjanya hanya menyalak” “Tidak adakah sedikitpun rasa sabar, dan bersyukur” “Andai kalian adalah anak-anakku, pasti sudah kutampar mulut kalian yang tak mengerti sopan santun. Kupukul kepala kalian yang dungu dengan bambu.””Supaya kalian mengerti, bahwa pukulanku adalah jauh lebih baik. Ketimbang kalian disiksa oleh Sang Pemberi Balasan”. “Tubuhku boleh sangat lelah dan panas, tapi hati dan pikiranku amatlah sejuk” “Oh Tuhan Terima kasih ….atas semua ini”
. Alkisah. Sebuah keluarga kecil di suatu rumah yang sederhana. Yang sedang giat membangun usaha mulai dari nol. Pagi-pagi buta mereka berdua sudah mulai bekerja. Mereka merencanakan segalanya berdua, tentang usaha dan masa depan mereka. Demikian bertahun-tahun mereka jalani. Peras keringat, banting tulang, bahu-membahu demi memenuhi segala kebutuhan dan meningkatkan perekonomian keluarga. Kehidupannya harmonis penuh cinta kasih. Tahun demi tahun usahanya semakin lancar dan maju.
.
Tuhan mengaruniai mereka anak-anak yang banyak. Anak-anak yang lincah dan lucu. Sang istri merawat anak-anaknya dengan sabar dan penuh kasih sayang. Di tahun-tahun kesuksesannya mereka membeli lagi rumah, tempat usaha, mobil, dan aneka perabot yang diinginkan. Sang suami pun makin sibuk bekerja kesana kemari.
. Meskipun sesekali mereka beribadah, tampaknya hal-hal wajib yang menjadi komitmennya dengan sang pencipta sering mereka lupakan. Memang sudah menjadi ketetapan, hidup adalah perjuangan, hidup akan sarat dengan berbagai ujian dan cobaan. Di puncak kebahagiaan dan kesuksesannya, awan hitam berarak mendekat. Sang suami mulai sering di luar rumah. Kadang beberapa hari tidak pulang. Riak-riak kecil mulai tampak. Desas-desus yang dihembuskan sang angin, masih dianggap kabar burung. Pikir istrinya, tidak mungkin begitu. Kami berdua saling mencintai. Itu yang hanya ingin dia tahu dan yakini.
Hingga suatu ketika di pagi yang cerah. “beep-bep…beep-bep”…..bunyi nada sms dari HP suaminya. Dibacanya isi sms itu. “Yank….kangen nich, kapan kita bercinta lagi…kutunggu yank…” Bagaikan guntur yang menggelegar di kepalanya atau sengatan lebah di gendang telinganya. Nafasnya sesak tersengal-sengal. Hatinya seperti diiris sembilu. Air mata pun tak kuasa dibendungnya. Simpul-simpul halus yang selama ini tak diyakininya, ternyata benar. Suaminya ….selingkuh!! Badannya lunglai, lalu ..pingsan. ** Malam itu hujan amat lebat, kilat menyambar mengguntur. Seolah mengiringi hati yang remuk redam di keluarga itu. Istrinya menjerit-jerit kalap, sementara semua anak-anaknya menangis. Segala yang ada dibanting hancur berantakan. Sang suami mengampun berurai air mata, memohon maaf pada istrinya. Sambil menggendong si bayi di tangan kirinya, sedangkan yang lebih besar ada digandengan kanannya. Sementara anak-anak yang lain memeluk kaki ibunya mencegah supaya tidak pergi. Semua bertangisan. Namun Istrinya tetap bersikeras untuk pergi meninggalkan mereka...…Minggat!!.
Entah kekuatan iblis apa yang merasuk, dibantingnya anak-anaknya yang mencengkeram kakinya, hingga membentur tembok dan anak satunya terlempar ke pagar. Kemudian dia pun berlari ditelan gelapnya malam dan hujan. .
Sebulan kemudian… Saat ini mereka telah bersatu kembali, bersepakat membina rumah tangga baru di rumah yang baru. Namun tampaknya sang istri hatinya telah mati. Hatinya yang terluka menganga tak mudah diobati lagi. Satu sentuhan masalah kecil baik hanya mendengar lagu atau cerita tentang perselingkuhan akan membuatnya histeris dan gila. Seringkali dalam kesendiriannya, matanya menatap kosong, hampa. Hidup segan mati tak hendak. Hatinya telah tertoreh, terluka tiada tara. Seakan tak percaya pada nasibnya, sulit menerima suratan dan cobaan yang Tuhan pasti berikan pada siapapun. .
Sang suami meskipun menyesali perbuatannya, tapi nasi telah jadi bubur. Betapa sering kenikmatan dunia direguknya di waktu lalu. Namun tak pernah menyangka akibatnya. Kehancuran tidak hanya menimpanya, tapi juga anak-anaknya yang tak berdosa. Anak-anaknya menjadi linglung, kehilangan masa kanak-kanaknya yang penuh ceria. Otaknya dipaksa untuk berpikiran dewasa. Sekeluarga menjadi gunjingan dan cemoohan warga, sehingga merekapun terusir dengan sendirinya.
. Tiada lagi kebahagiaan terpancar dari wajah-wajah itu selain kemuraman yang menyelimuti. Istrinya kadang terlihat berjalan gontai sambil menggendong anaknya berjalan tak tentu arah. Jika disapa kadang tak merespons, seolah-olah tidak peduli dengan lingkungannya dan dunia ini. Diapun begitu jijik bersinggungan dengan suaminya lagi. Seakan ditutup hatinya untuk selamanya. Baginya Kesetiaan adalah harga mati. .
.
(The Power of Love)
Cinta...
Indahnya dapat menjadikan kita bahagia, melebihi apapun.
Dan sakitnya dapat menimbulkan penderitaan melebihi apapun.
Jalan-jalan ke blog tetangga, banyak hal yang kudapat, mencengangkan sekaligus takjub akan kehebatan orang-orang seperti ini. Coba baca ungkapan-ungkapan itu. Sangat inspiratif. Jadikan cambuk yang melecut kita sehingga muncul dalam benak kita, kalimat :
LANTAS….APA YANG MEMBUAT KITA TIDAK BISA?
DAN APA YANG MEMBUAT KITA TIDAK BERSYUKUR?
QIAN HONGYAN - Si gadis bola basket. Mengalami kecelakaan dan kehilangan kedua kakinya bahkan pinggulnya. Menyeret tubuhnya kesana kemari.
Dan tetap bersekolah, walaupun dalam segala keterbatasannya
Walau begitu dia selalu tersenyum gembira, menyambut dunia…
Menghibur Teman Senasib dan .. Happy saja
JANGAN MENANGIS HANYA KARENA TIDAK PUNYA SANDAL, SEBELUM MELIHAT ORANG TIDAK PUNYA KAKI
******
Dan di bawah ini Nick Vujicic silahkan diamati dengan seksama.
It will be called 'No Arms, No Legs, and No Worries!
I believe that if you have the desire and passion to do something, and if it's God's will. You will achieve it in good time.
God won't let anything happen to us in our life unless God has a good purpose for it all I believe that if you have the desire and passion to do something, and if it's God's will. You will achieve it in good time
Next Time, You Think Life is Hard.... Think Again!....
****
Suatu ketika kubaca juga sebuah tulisan di sebuah wallpaper ada kalimat yang cukup 'menyengat' sbb :
Setiap orang mempunyai impian di dalam hidupnya : Ada yang terus berusaha mengejarnya dan mendapatkannya. Ada yang melupakan dan membuang jauh impiannya. Ada pula yang hanya diam saja dan mengubur impiannya hingga akhir masa... *
Setelah sekian lama postpone dari dunia cetak mencetak buku. Kini bersemi lagi (weleh)
Kemarin berbarengan dengan terbit perdana Bukunya Jeng Embun, disusul dengan buku sederhana di blog ini. Kucetak kembali buku-buku kuno yang pernah terbit di jaman dahulu kala (jiee biar tampak seram).
Buku itu diantaranya Alaming Lelembut - Seri 1 & 2 berkutat tentang kisah-kisah dunia per-demit-an. Mengasyikan sekali dibaca dikala sedang santai, sunyi sepi sendiri (hiiiyy). * Dibaca pelan-pelan, dengan penerangan sekedarnya lilin atau lampu teplok. Sulut dupa, kemenyan, hio dan sebangsanya, sebagai wewangian, camilan kembang....(aaaaah nglantur buanget). Tidak perlu terlalu menjiwai, biasa saja... * Bebukuan ini masih dicetak dengan ala khadarnya, di print, copy, jilid, dibegini-begitukan, jadilah. Walo sederhana, tapiiii...ada tapinya. Isinya sangatlah memikat dan bergizi tinggi. Desain sampulnya begitu indah dan menarik, seakan-akan dalam pandangan saya, adalah yang paling indah seantero dunia (silahkan mual..xixi). Sekali-sekali memuji diri sendiri, 'cause ndak ada nyang muji. Jadi ngga boleh ngiri yach...Eyke gitu loh...
Ini...liat di bawah ini, itu fotonya Mas Ton, dengan gesit dan cekatannya sanggup menyelesekan sekian buku sekaligus dalam suatu saat. Belio sudah terbiasa menangani hal-hal yang serba mendadak. Asal bukan mendadak gila..lhoo... Ndak isa diake'.
Sambil mengamati proses pembuatannya, (Ooo...gitu to tibaknya) diam-diam kupotret dia secara diam-diam pula. Tret!!!..Whaduh...ndak kliyatan pala'nya. Ah..yaudah..biar. Toh ini kan juga lagi cetak buku hantu-hantu. Wedew...sekali lagi, biar tampak seram...hoahahahaha....
Dengan mengucap Nama-Mu Yang Agung. Tuhan Sang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Demi masa, yang silih berganti. Tuhanku… Tak ada sesuatu pun di seluruh alam semesta ini, kecuali adalah milik-Mu. Tak Kau ciptakan makhluk-makhluk, kecuali hanya mengabdi pada-Mu. Demikianlah ketetapan-Mu. Sang Penguasa Mutlak.
Adalah janji makhluk-Mu. Kami para manusia (inna shalati wannusuki wamahyaya wammaati lillahi rabbil allaamin) Tuhan, kami beriman pada-Mu. Tuhan, kami mengabdi pada-Mu Sholatku, ibadahku, hidup dan matiku, Lillahi ta’ala. Hanya untuk-Mu
Demi masa, yang silih berganti. Tuhanku Adalah suatu masa. Ternyata kami ingkar. Seruan-Mu agar kami berhimpun menghadap-Mu. Tak kami hiraukan. Kami tulikan pendengaran ini. Kami masyuk dengan duniawi Kami terjang segala rambu larangan-Mu Acuh dengan segenap perintah-Mu
Tuhanku. Ternyata kami lalai. Bahwa segala yang kami usahakan. Bahwa apa-apa yang ada pada kami. Adalah kuasa kami, hak mutlak kami. Segenap yang kami suka dan inginkan. Seolah dalam genggaman kami. Kekal abadi.
Dalam kecongkakan dan kesombongan. Kami kian larut dalam kemaksiatan dan kemungkaran. Terbius akan kemilau dunia ini. Kenikmatan dan kelezatan yang amat memabukkan.
Dengan Kemahakasih-Mu Kau ingatkan kami Dengan berjuta tanda kebesaran-Mu. Meskipun bibir ini berulang mengucap ketentuan-Mu Akan Ayat-ayat-Mu Namun tak meresap dalam kalbu.
Demi masa… Suatu ketika, dengan izin-Mu Bermacam masalah, musibah dan bencana, Kau paparkan. Kehancuran, keguncangan, kerusakan, ketidakseimbangan. Memporak-porandakan jiwa dan raga. Mengaduk-aduk segenap logika, hati dan rasa. Tercengang kami. Buntu segala akal pikiran kami. Kami ingat dan sadar bahwa kami tak kuasa. Tuhan, kami memohon pertolongan hanya kepada-Mu. (laa qaula wa laa quwwata illa billah)
Insyaflah kami. Terseok-seok kami datang kehadirat-Mu Dengan jiwa yang lunglai dan derai air mata. Insyaflah kami.
(Laa ilaha illa anta, subhanaka inni kuntu minadzhaalimin)
Telah Kau perintahkan kami. Untuk melihat berulang-ulang. Akan tanda kebesaran-Mu Demi Engkau Sang Maha Benar. Sungguh sempurna Ayat-ayat-Mu Benarlah. Tak ada yang luput dalam segala Ketentuan-Mu Benarlah. Tak ada ketidakseimbangan dalam penciptaan-Mu. Dan pengetahuan kami, penglihatan kami, amatlah payah. Sungguh amatlah payah.
Wahai Tuhanku, kami sungguh sadar. Alam semesta seisinya adalah milik-Mu Segala harta benda, keluarga, sanak kerabat dan handai taulan. Segenap jiwa raga. Jasad dan roh kami. Dan semua apa-apa yang kami cintai. Adalah mutlak milik-Mu. Dan dalam kendali-Mu Tuhanku Maha Pengasih Walau dosaku menggunung tinggi, Tapi Rahmat-Mu melaut luas
Tuhanku. (Alhamdulillahirabbil ‘alamiin) Segala puji adalah bagi-Mu Kami dzalim. Dzalim atas diri kami sendiri. Karena tak setitik apapun dari kami memberi manfaat bagi-Mu. Usaha kami adalah pahala bagi kami. Masa dunia hanyalah sementara. Dan alam hakiki adalah kehidupan sesudahnya. Kami sadar. Tiada yang lebih baik. Selain orang-orang yang kembali. Dan ber-Muhasabah.
THE STRANGE JUSTICE OF KARAKOUSH (an Egyptian folktale)
Pada suatu malam seseorang terlihat mengendap-endap di pekarangan sebuah rumah. Rupanya ia hendak mencuri di rumah tersebut. Setelah merasa aman, ia mencoba membuka salah satu jendela rumah tersebut. Namun naas baginya, sewaktu mengungkit daun jendela, karena tidak dipaku dengan kuat, ia terjatuh tunggang-langgang ke dalam dan kakinya patah.
.
Pagi harinya ia menghadap Karakoush, sang wali negara, untuk mengadukan nasibnya. “Wahai tuanku,” lapornya, “Tadi malam hamba hendak masuk ke sebuah rumah untuk mengambil harta pemiliknya, namun karena jendela rumah itu tidak dipaku dengan teguh, akhirnya hamba terjatuh ke dalam rumah dan kaki hamba menjadi patah karenanya.” Sambil memperlihatkan kakinya yang patah, ia meneruskan kata-katanya, “Hamba mohon keadilan paduka untuk menghukum pemilik rumah tersebut.” Mendengar permohonan tersebut sang wali negara dengan suara keras memerintahkan pengawalnya agar pemilik rumah itu dibawa menghadap ke pengadilan. .
Sesampainya sang pemilik rumah ke sana, ia langsung diinterogasi oleh wali negara, “Kamu pemilik rumah yang ceroboh !!! Mengapa jendela rumahmu tidak kaupaku dengan kuat sehingga pencuri ini tidak bisa berpegangan dengan kuat pada jendela dan dia terjatuh sampai menyebabkan kakinya patah ??!!!”. Sejenak pemilik rumah itu tertegun. Mengapa ia dipersalahkan atas tuduhan yang amat aneh ini ?? Apakah dapat dibenarkan seorang pencuri mempersalahkan orang yang hendak dia ambil hartanya karena kegagalan dalam melaksanakan kejahatannya ? Namun si pemilik rumah sadar bahwa berdebat dengan Karakoush hanya akan membuat nasibnya malah lebih celaka lagi. Karena itu ia pun segera menjawab, “Wahai tuanku, sesungguhnya kesalahan itu bukan terletak padaku, tapi pada tukang kayu yang mengerjakan pembangunan rumahku. Jika saja ia bekerja dengan baik, memaku daun jendela itu dengan kuat, tentu pencuri ini tidak akan terjatuh dan menderita patah kaki seperti ini.”
.
Mendengar penjelasan si pemilik rumah, Karakoush pun memerintahkan para pengawalnya untuk menangkap tukang kayu yang dimaksud. Ketika dihadapkan pada pengadilan, tukang kayu itu dipersalahkan oleh wali negara dengan suara menggeledek, “Kamu tukang kayu yang ceroboh !!! Mengapa jendela rumah orang ini tidak kaupaku dengan kuat sehingga membuat jendela itu menjadi goyah dan pencuri itu bisa terjatuh lalu menderita patah kaki seperti ini ??!!!” .
Si tukang kayu pun sadar bahwa tak ada gunanya berdebat dengan wali negara, karenanya ia pun menyahut,”Wahai tuan, sesungguhnya ketika aku sedang mengerjakan pembangunan rumah orang ini, lewatlah seorang wanita cantik dengan pakaian warna merah. Karena aku terus memperhatikannya, aku pun tidak memaku jendela itu dengan kuat sehingga daun jendelanya mudah goyah dan menyebabkan orang ini jatuh.”
.
Wali negara pun memerintahkan agar wanita itu dihadapkan padanya. Setelah hadir di persidangan, wanita itu pun dipersalahkan,”Kau yang senang memakai pakaian yang menarik hati kaum lelaki, mengapa kau memakai pakaian warna merah saat lewat di depan rumah orang ini sehingga menyebabkan tukang kayu yang mengerjakan pembangunan rumah itu memaku jendelanya jadi bengkok dan mengakibatkan pencuri ini terjatuh ke dalam dan kakinya patah ??!!!” Si wanita pun menjawab,”Kecantikanku adalah augerah Allah, tapi pakaianku adalah buatan tukang celup. Dialah yang memberi baju ini warna merah sehingga menarik perhatian tukang kayu.” .
Kembali dengan suara mengguntur Karakoush memerintahkan pengawalnya untuk menghadapkan si tukang celup kepadanya. Ketika orang yang dimaksud sudah berada di depannya, Karakoush pun membentaknya,”Kau yang suka main-main dengan warna-warna celupan, mengapa pakaian wanita ini kauberi warna merah sehingga menarik perhatian tukang kayu dan menyebabkan jendela yang dipakunya menjadi guyah dan membuat orang ini terjatuh ketika ia mengungkitnya hendak masuk ??!!!”
Si tukang celup terkejut. Tak terkatakan apa-apa lagi olehnya karena ia sudah pingsan ketakutan. Oleh sebab ia tidak bisa lagi melemparkan kesalahan kepada orang lain, diputuskanlah untuk mengganjarnya dengan hukuman gantung. Tetapi dia adalah orang yang luar biasa tingginya, sampai-sampai mengalahkan tinggi tiang gantungan.
Tergopoh-gopoh pengawal melapor bahwa tidak ada lagi tempat buat menggantung si tukang celup. Karakoush tidak mau menerima kegagalan putusannya begitu saja. Dengan marah ia perintahkan,”Carilah tukang celup lain yang lebih pendek dan gantunglah dia menggantikan orang itu.” Begitulah. Akhirnya ditemukanlah seorang tukang celup lain yang berbadan lebih pendek. Tentu saja ia meronta-ronta ketika hendak dibawa ke tiang gantungan, namun semua sia-sia dan akhirnya dialah yang dihukum gantung.
**
Dari kejadian itu, apabila ada orang yang tidak bersalah dipenjarakan dan orang yang benar-benar bersalah dibiarkan lepas, maka masyarakat pun akan berkata,”Seperti putusan Karakoush.” **
Wasiat Lukman al Hakim pada puteranya yg kita tahu ada 10. Dalam kitab2 lain antaranya "Tafsir Ruhul Ma'ani", jilid ke 21, berisi sebagai berikut :
1. Hai anakku! ketahuilah sesungguhnya dunia laksana lautan yang dalam, banyak manusia yang karam kedalamnya. Kalau engkau ingin selamat, supaya jangan karam, layarilah dia dengan sampan yang bernama taqwa, isinya ialah iman dan layarnya ialah tawakal kepada Allah.
2. Orang-orang yang selalu menyediakan dirinya untuk menerima nasihat maka dirinya akan mendapat penjagaan dari Allah, orang yang biasa dirinya insaf dan sabar kerana menerima nasihat orang lain, tandanya orang itu akan sentiasa menerima kemuliaan dari Allah, berasa hina diri dalam beribadat dan bertaat kepada Allah ta'ala akan menimbulkan rasa lebih dekat kepada Allah dan lebih menghindarkan diri kepada maksiat.
3. Marahnya orang tua dalam mendidik anaknya, tak ubahnya seperti pupuk bagi tanam-tanaman.
4. Hai anakku! Jauhkanlah dirimu dari berhutang sesungguhnya berhutang itu menjadikan dirimu hina diwaktu siang dan gelisah diwaktu malam.
5. Hai anakku! Selalulah berharap kepada Allah harapan-harapan yang hasilnya tidak akan membawa engkau untuk menderhakai Allah, takutlah kepada Allah dengan sebenar takut yang biasa melapaskan engakau dari sifat berputus asa terhadap rahmat Allah.
6. Seorang pendusta lekas hilang air mukanya (tak dipercayai orang) dan seorang yang sudah rusak akhlaknya akan banyak gelamunnya terhadap yang salah-salah, memindahkan batu yang besar lagi berat dari tempatnya ke tempat yang lain, lebih mudah daripada memberi pengertian kepada orang yang tidak mahu mengerti.
7. Hai anakku! Engkau sudah merasakan bagaimana beratnya membawa batu yang besar, besi yang berat dan lain-lain yang sangat beratnya, tapi akan lebih berat lagi dari itu, bila mempunyai tetangga yang jahat, engkau telah merasakan bermacam-macam kepahitan tapi akan terasa lebih pahit lagi bila hidup dalam keadaan fakir dan miskin.
8. Hai anakku! Engkau jauhilah bersifat dusta, sebab berdusta itu enak sekali mengerjakannya, seperti enaknya memakan daging burung, sedikit saja berdusta, akibatnya tetap akan memberi bahaya.
9. Hai anakku! Kalau bertemu dua kejadian, antara menjenguk orang mati dengan menghadiri pesta kahwin maka pergilah menjenguk orang mati, sebab akan mengingati diri pulang kekampung akhirat, sedang menghadiri pesta kahwin hanya mengingati diri kepada kesenangan duniawi saja.
10. Hai anakku! Janganlah engkau makan sampai kenyang yang berlebih-lebihan. Sesungguhnya memberikan makanan yang engkau makan sampai kenyang berlebih-lebihan itu kepada seekor anjing adalah lebih baik daripada engkau memakannya.
11. Hai anakku! Janganlah engkau terus menerus menelan kerana manisnya sesuatu, dan jangan pula lekas engkau muntahkan kerana pahitnya.(Yang manis itu biasanya mendatangkan penyakit, sedangkan yang pahit biasa menjadi obat)
12. Makanlah makananmu bersama-sama dengan orang-orang yang bertaqwa kepada Allah, rundingkanlah urusanmu kepada alim ulama' (dengan cara minta nasihat kepadanya)
13. Bukanlah baik namanya, bila engkau selalu mempelajari segala macam ilmu yang belum engkau ketahui, sedang ilmu yang telah diperolehi belum lagi engkau amalkan. Hal seperti ini tak ubahnya dengan perbuatan seseorang yang mencari kayu api, setelah dikumpulkan, lalu dipikulnya, tapi dia tak kuat membawanya, kemudian dia tambah lagi.
14. Hai anakku! Kalau engkau ingin hendak mengambil seseorang menjadi teman, maka ujilah dia lebih dahulu dengan cara membuat dia marah, kalau dia di waktu marahnya masih memberikan keinsafan (kesedaran) kepada engkau, maka bolehlah dia dijadikan teman, kalau tidak begitu, maka hendaklah engkau berhati-hati.
15. Hendaklah selalu tutur katamu baik dan wajahmu manis, engkau akan lebih disukai orang lebih disukainya dari orang-orang yang sudah pernah memberikan pemberian yang mahal-mahal.
16. Hai anakku! Kalau engkau berteman, tempatkanlah dirimu sebagai orang yang tidak mengharapkan sesuatu daripadanya, dan pasti dia akan selalu mengharapkanmu.
17. Hai anakku! Jadikanlah dirimu dalam segala tindak tandukmu, seperti orang yang tidak mengharapkan pujian seseorang dan tidak pula menimbulkan celaan orang. Dirinya bekerja kelihatan letih, tapi manusia selalu memandangnya dengan tenang.
18. Hai anakku! Usahakanlah jangan sampai keluar dan mulutnu kata-kata kasar, sesungguhnya engkau akan selamat bila engkau bersifat pendiam. Kalau akan berbicara juga, bicaralah yang akan mendatangkan manfaat kepada orang lain.
19. Hai anakku! Janganlah engkau condong ke dunia ini dan janganlah hatimu repot kerana dunia saja, kerana engkau dijadikan Allah bukanlah untuk dunia. Tidak adalah makhluk yang dijadikan Allah, lebih hina daripada orang yang telah terpedaya oleh dunia. Mati sebab akan mengingati diri pulang ke kampung akhirat, sedangkan menghadiri pesta kahwin hanya mengingati diri kepada kesenangan duniawi saja.
20. Hai anakku! Janganlah engkau tertawa kalau bukan kerana sesuatu yang mencengangkan (menggelikan), janganlah engkau berjalan tanpa ada tujuan yang tertentu, janganlah engkau menanyakan sesuatu yang tidak berguna bagimu, janganlah menyia-yiakan hartamu, sedangkan harta orang lain engkau pelihara, kerana sesungguhnya yang menjadi hartamu ialah yang engkau usahakan, sedang harta orang lain itu belum tentu menjadi milikmu.
21. Hai anakku! Siapa yang penyayang tentu akan disayangi orang pula, siapa yang tidak pandai menahan lidahnya berkata yang buruk tentu dia akan menyesal akhirnya.
22. Hai anakku! Bergaul rapatlah dengan alim-ulama', diam dan dengarlah baik-baik segala nasihatnya, sesungguhnya hati akan hidup dengan adanya cahaya hikmah (ilmu pengetahuan) sebagaimana tanah biar subur kerana air hujan.
23. Engkau ambillah harta benda dunia ini sekadar keperluan dan nafkahkanlah yang selebihnya untuk keperluan di akhirat nantinya, jangan engkau tendang kehidupan dunia ini seluruhnya, engkau akan menjadi pengemis yang akan menambah berat tanggungjawab orang lain. Janganlah engkau berteman dengan orang bodoh dan janganlah pula dengan orang yang bermuka dua (tidak berpendirian) * *
Ma’rifatullah berasal dari kata ma’rifah dan Allah. Ma’rifah artinya mengetahui, mengenal. Mengenal Allah bukan melalui zat Allah tetapi mengenal-Nya lewat tanda-tanda kebesaran-Nya (ayat-ayat-Nya).
Pentingnya Mengenal Allah Seseorang yang mengenal Allah pasti akan tahu tujuan hidupnya, tujuan mengapa ia diciptakan (QS.52:56) dan tidak tertipu oleh dunia. Sebaliknya orang yang tidak mengenal Allah akan menjalani hidupnya untuk dunia saja (QS.47:12).
Ma’rifatullah merupakan ilmu yang tertinggi yang harus dipahami manusia (QS.6:122). Hakikat ilmu adalah memberikan keyakinan kepada yang mendalaminya. Ma’rifatullah adalah ilmu yang tertinggi, sebab jika dipahami akan memberikan keyakinan mendalam. Memahami ma’rifatullah juga akan mengeluarkan manusia dari kegelapan kebodohan kepada cahaya hidayah yang terang (QS.6:122).
.
Hal-hal yang menghalangi Ma’rifatullah :
Kesombongan (QS.7:146, 25:21). Sebagaimana lazimnya orang yang sombong yang tidak mau mengenal sesamanya, begitu pula manusia yang sombong terhadap Rabbnya, yang enggan berhubungan dengan-Nya.
Zalim (QS.4:153). Perbuatan zalim yang besar, menyebabkan Allah mengunci hati manusia. Padahal lewat hati inilah Allah memberikan hidayah-Nya. Sedangkan awal hidayah seseorang ialah mengenal hakikat-Nya lagi.
Bersandar pada panca indera (QS.2:55). Mereka tidak beriman kepada Allah dengan dalih tidak bisa melihat Allah, padahal banyak sesuatu yang tidak bisa mereka lihat, tapi mereka yakin keberadaannya, seperti gaya gravitasi bumi, arus listrik, akalpikiran, dsb.
Dusta (QS.7:176). Lazimnya seorang yang dusta, yang tidak sama antara hati dan ucapannya,perbuatannya. Begitu pula manusia yang berdusta terhadap Allah. Sebenarnya hati mengakui keberadaan Allah, namun hawa nafsunya menolak dan mengajaknya berdusta.
Membatalkan janji dengan Allah (QS.2:26-27)
Lalai (QS.21:1-3)
Banyak berbuat maksiat. Satu perbuatan maksiat bagaikan satu titik noda hitam yang mengotori hati manusia. Bila manusia banyak berbuat maksiat sedangkan ia tidak bertaubat, niscaya hati tersebut akan tertutup noda-noda hitam hingga menghalangi masuknya hidayah Allah.
Ragu-ragu (QS.6:109-10)
Semua sifat di atas merupakan bibit-bibit kekafiran kepada Allah yang harus dibersihkan dari hati. Sebab, kekafiranlah yang menyebabkan Allah mengunci mati, menutup mata dan telinga manusia serta menyiksa mereka di neraka (QS.2:6-7).
Orang yang mengenali Allah dengan benar adalah orang yang mampu mewarnai dirinya dengan segala macam bentuk ibadah. Kita akan mendapatinya sebagai orang yang rajin shalat, pada saat lain kita dapati ia senantiasa berdzikir, tilawah, pengajar, mujahid, pelayan masyarkat, dermawan, dst. Tidak ada ruang dan waktu ibadah kepada Allah, kecuali dia ada di sana. Dan tidak ada ruang dan waktu larangan Allah kecuali ia menjauhinya.
Ada sebagian ulama yang mengatakan : “Duduk di sisi orang yang mengenali Allah akan mengajak kita kepada enam hal dan berpaling dari enam hal, yaitu : dari ragu menjadi yakin, dari riya menjadi ikhlash, dari ghaflah (lalai) menjadi ingat, dari cinta dunia menjadi cinta akhirat, dari sombong menjadi tawadhu’ (randah hati), dari buruk hati menjadi nasehat”
Ma’rifatullah adalah puncak kesadaran yang akan menentukan perjalanan hidup manusia selanjutnya. Karena ma’rifatullah akan menjelaskan tujuan hidup manusia yang sesungguhnya. Ketiadaan ma’rifatullah membuat banyak orang hidup tanpa tujuan yang jelas, bahkan menjalani hidupnya sebagaimana makhluk hidup lain (binatang ternak). QS.47:12
Ma’rifatullah adalah asas (landasan) perjalanan ruhiyyah (spiritual) manusia secara keseluruhan. Seorang yang mengenali Allah akan merasakan kehidupan yang lapang. Ia hidup dalam rentangan panjang antara bersyukur dan bersabar.
Orang yang mengenali Allah akan selalu berusaha dan bekerja untuk mendapatkan ridha Allah, tidak untuk memuaskan nafsu dan keinginan syahwatnya.
Dari Ma’rifatullah inilah manusia terdorong untuk mengenali para nabi dan rasul, untuk mempelajari cara terbaik mendekatkan diri kepada Allah. Karena para Nabi dan Rasul-lah orang-orang yang diakui sangat mengenal dan dekat dengan Allah.
Dari Ma’rifatullah ini manusia akan mengenali kehidupan di luar alam materi, seperti Malaikat, jin dan ruh.
Dari Ma’rifatullah inilah manusia mengetahui perjalanan hidupnya, dan bahkan akhir dari kehidupan ini menuju kepada kehidupan Barzahiyyah (alam kubur) dan kehidupan akherat.
Sarana yang mengantarkan seseorang pada ma’rifatullah adalah :
Sabda Nabi : “Berfikirlah tentang ciptaan Allah dan janganlah kamu berfikir tentang Allah, karena kamu tidak akan mampu” HR. Abu Nu’aim
Mengenali asma (nama) dan sifat Allah disertai dengan perenungan makna dan pengaruhnya bagi kehidupan ini menjadi sarana untuk mengenali Allah. Cara inilah yang telah Allah gunakan untuk memperkenalkan diri kepada makhluk-Nya. Dengan asma dan sifat ini terbuka jendela bagi manusia untuk mengenali Allah lebih dekat lagi. Asma dan sifat Allah akan menggerakkan dan membuka hati manusia untuk menyaksikan dengan seksama pancaran cahaya Allah.
.
Keindahan Al-Qur’an (QS.2:23) - Pemberitahuan tentang umat yang lampau (QS.9:70) - Pemberitahuan tentang kejadian yang akan datang (QS.30:1-3, 8:7, 24:55) .
Lewat memahami Asma’ul Husna
**
Buah Ma'rifatullah
Seorang ahli ibadah akan optimis dalam hidupnya. Ia optimis bahwa Allah akan menolong dan mengarahkan hidupnya.
Semua yang ada di alam ini mutlak ada dalam kekuasaan Allah. Ketika melihat fenomena alam, idealnya kita bisa ingat kepada Allah. Puncak ilmu adalah mengenal Allah (ma'rifatullah). Kita dikatakan sukses dalam belajar bila dengan belajar itu kita semakin mengenal Allah. Jadi percuma saja sekolah tinggi, luas pengetahuan, gelar prestisius, bila semua itu tidak menjadikan kita makin mengenal Allah.
Mengenal Allah adalah aset terbesar. Mengenal Allah akan membuahkan akhlak mulia. Betapa tidak, dengan mengenal Allah kita akan merasa ditatap, didengar, dan diperhatikan selalu. Inilah kenikmatan hidup sebenarnya. Bila demikian, hidup pun jadi terarah, tenang, ringan, dan bahagia. Sebaliknya, saat kita tidak mengenal Allah, hidup kita akan sengsara, terjerumus pada maksiat, tidak tenang dalam hidup, dan sebagainya.
Ciri orang yang ma'rifat adalah laa khaufun 'alaihim wa lahum yahzanuun. Ia tidak takut dan sedih dengan urusan duniawi. Karena itu, kualitas ma'rifat kita dapat diukur. Bila kita selalu cemas dan takut kehilangan dunia, itu tandanya kita belum ma'rifat. Sebab, orang yang ma'rifat itu susah senangnya tidak diukur dari ada tidaknya dunia. Susah dan senangnya diukur dari dekat tidaknya ia dengan Allah. Maka, kita harus mulai bertanya bagaimana agar setiap aktivitas bisa membuat kita semakin kenal, dekat dan taat kepada Allah.
Salah satu ciri orang ma'rifat adalah selalu menjaga kualitas ibadahnya. Terjaganya ibadah akan mendatangkan tujuh keuntungan hidup. Pertama, hidup selalu berada di jalan yang benar (on the right track). Kedua, memiliki kekuatan menghadapi cobaan hidup. Kekuatan tersebut lahir dari terjaganya keimanan. Ketiga, Allah akan mengaruniakan ketenangan dalam hidup. Tenang itu mahal harganya. Ketenangan tidak bisa dibeli dan ia pun tidak bisa dicuri. Apa pun yang kita miliki, tidak akan pernah ternikmati bila kita selalu resah gelisah.
Keempat, seorang ahli ibadah akan selalu optimis. Ia optimis karena Allah akan menolong dan mengarahkan kehidupannya. Sikap optimis akan menggerakkan seseorang untuk berbuat. Optimis akan melahirkan harapan. Tidak berarti kekuatan fisik, kekayaan, gelar atau jabatan bila kita tidak memiliki harapan. Kelima, seorang ahli ibadah memiliki kendali dalam hidupnya, bagaikan rem pakem dalam kendaraan.
Setiap kali akan melakukan maksiat, Allah SWT akan memberi peringatan agar ia tidak terjerumus. Seorang ahli ibadah akan memiliki kemampuan untuk bertobat. Keenam, selalu ada dalam bimbingan dan pertolongan Allah. Bila pada poin pertama Allah sudah menunjukkan jalan yang tepat, maka pada poin ini kita akan dituntun untuk melewati jalan tersebut. Ketujuh, seorang ahli ibadah akan memiliki kekuatan ruhiyah, tak heran bila kata-katanya bertenaga, penuh hikmah, berwibawa dan setiap keputusan yang diambilnya selalu tepat.
Untuk menjadi ahli ibadah kita bisa menumbuhkan ACM (Aku Cinta Masjid).Seorang Muslim dengan masjid bagikan ikan dengan air. Tidak mungkin seorang Muslim tidak betah di masjid. Diragukan keimanannya bila ia tidak akrab dengan masjid. Ikhtiar menumbuhkan kecintaan terhadap shalat dan masjid adalah dengan berusaha shalat tepat waktu, di masjid dan dilakukan secara berjamaah. Cara paling mudah untuk melaksanakannya adalah dengan datang lebih awal ke masjid untuk menunggu shalat.
Saudaraku, di tengah kondisi yang semakin sulit, tidak ada yang bisa menolong kita selain Allah SWT. Salah satu ikhtiar untuk menggapai pertolongan Allah dengan meningkatkan pengenalan kita kepada Allah. Cara menggapainya adalah dengan ibadah secara istikamah.
. Hmm…. Entah kenapa aku ingin menulis hal-hal yang terjadi hari ini. Ada 2 kisah sehari ini yang cukup aneh.
Fenomena Pagi (Seorang Ibu termehek-mehek minta bantuan biaya pulang)
Pagi-pagi baru saja kubuka pintu toko, belum ada customer. Aku kedatangan seorang ibu-ibu. Rambut sudah memutih ubanan, berpakaian lusuh, muka seperti dua hari tidak tersentuh air. Pintu kaca itu dibuka sedikit, badannya separo masuk, lalu tau-tau nangis, memohon-mohon bantuan.
“Dek…permisi dek….tolong mak..de’, mak cari-cari anak mak tak ketemu dek. Dia pergi dari rumah sejak dua hari lalu….mak cari-cari…..Yaa Tuhan.. Oh…Tolong mak dek..hoaaaaa....” Ibu berlogat Jakarta itu tiba-tiba menangis.
“???....” aku terkesiap sejenak. Dalam benakku….Ah…Alhamdulillah…Yaa Allah telahkah Kau kirim seseorang untuk kujadikan ladang amal? Hmm…
“Mak hanya pengen pulang dek…tolonglah dek….mak pengen ke Stasiun Poncol, lalu naik kereta yang murah, turun Pasar Senen..habis itu sudah dek, mak bisa pulang ke rumah…tolonglah dek..”
“Bukan uangnya dek, tapi kebaikan hati adek….supaya Tuhan membalasnya dek tolong, puji Tuhan” ibu ala Oma-oma ini termehek-mehek sambil menjelaskan masalahnya.
“Ehm…mari..bu..sini,.masuk …masuk saja ndak papa,….duduk sini…silahkan” Kupersilahkan duduk, kuperhatikan dia tampak sungkan, lemas dan gemetar seperti belum kemasukan makanan. “Ibu di sini tinggal dimana..?”… “Mak..tak ada siapa-siapa dek…tolong mak dek” “Iya…uhmm…alamat ibu di Jakarta dimana?” “Oya nama ibu siapa” “Sumiyati dek…Jalan Pisang Ambon 285 Tangerang” “Oh…terus ibu pengen pulang? Naik apa ke stasiun?” “Mak tak apa-apa jalan saja ke Poncol…dek…biar mak tunggu kereta disana karena hari-hari ini, hujan terus, mak minta alamat adek nanti mak kirim surat, atau mak ganti uang adek…bagi mak bukan uangnya dek…..mak disana jual ayam goreng, 60 potong mak tinggalkan cari anak mak”
Aku catat alamatnya di secarik kertas. Lalu ku telfon seseorang di Jakarta (my beloved) hanya sekedar sharing dan info tentang apa yang sedang kuhadapi. Aku ingin dia juga dengar. Lalu kuserahkan telfon supaya ibu itu ngobrol sendiri. Kuperhatikan tangan ibu itu gemetaran. Kubaca bahasa tubuhnya. Lalu diserahkan kembali HP ku.
“Dek…kalau adek tidak bisa..tidak apa-apa dek…mak minta kebaikan hati adek.” “Berapa ongkos keretanya bu?” “Kereta ekonomi sekian puluh ribu dek….” “Oh…jadi saya antar ibu ke Poncol saja ya….sampai naik kereta? Kereta jam berapa?” “Ah..jangan dek…mak minta kebaikan adek saja…mak naik mobil saja di depan situ”
Hm….Aku mulai curiga, ini semacam tipu-tipu. Katanya jalan pisang ambon bukan di Tangerang. Hhh….. aku agak bimbang, kenapa tak mau kuantar. Kalau ini beneran, sebenarnya akan kututp toko lalu kuantar ibu itu ke Poncol. Akhirnya aku aku masuk sebentar lalu kulipat selembar uang kertas, lalu kuserahkan padanya.
“Ini bu….saya hanya bisa kasih ini sekedarnya…” “dek..puji Tuhan… Terima kasih dek…semoga Tuhan yang membalas adek..” “Aah…” .
Fenomena Sore “MY”
Akhirnya. Kutulis juga sesuatu tentang Mbak Y ini. Setelah lama kutahan tahan akhirnya tidak tahan juga. Ini adalah puncak “kegilaan”-nya, dan juga puncak kesabaranku.
Pada dasarnya mbak Y orangnya baik, rajin ibadah, ulet, tidak malesan, mau bersih-bersih, tidak banyak neko-neko, dll. Tapi ke-apatisan-nya luar biasa. Dan satu hal, entah benar atau tidak dia semacam ada sighting atau hal-hal yang berbau cenayang. Dulu pernah diceritakan bahwa dia punya teman-teman di langit, bisa tau sesuatu lalu terjadi, bisa tau tanpa dikasih tau, mimpi ini itu, dlsb. Tentu saja tidak dengan mudah begitu saja aku memahaminya. Aku harus susah payah menyimak dia bercerita dalam racauan, dan kemudian kutelaah sendiri apa maknanya.
Ibu Bintang Putih, dulu pernah bilang bahwa “siplah” kalau kita2 bisa memperkerjakan orang-orang seperti itu. Setelah bersitatap Bu Bintang sudah bisa menebak. “Ga…anak ini asyik”. …hmm…ya Bu Am….”asyik”. Itu sekelumit tentangnya.
Sore tadi aku sedang berbincang dengan teman. Mbak Y biasa kerja ini itu. Semua berjalan seperti biasa. Menjelang jam 5 sore, dia memanggilku, disuruh melihat monitor, tulisan yang dia ketik-kan. “Saya minta gajiku, saya tidak mau kerja disini lagi, karena ..bla..bla..bla…” Kutanya “Lho kenapa mbak?”….”Berapa gajinya?” Dia ketik lagi…. 20.0000.000 “???” aku hanya tersenyum, hmm…mahfum. Mungkin hanya omongan gak jelas seperti biasa. Tapi kulihat wajahnya garang. Mad like a hell.
“Berapa mbak…kenapa kok gitu…ada apa to?” kutanya lagi baik-baik. Dia berdiri di kusen pintu keluar (pintu samping).
Seperti biasa kalau hendak menyampaikan sesuatu, dengan mencangklong tas, siap pulang, tapi sebelumnya melontarkan uneg-uneg dulu bercelotehan yang susah dimengerti. Lalu melesat pulang. Blass….
Oya..kemarin dia juga bersikap seperti ini…ngomel-ngomel seperti ingin membanting apa saja, ternyata dia pilih membanting pintu. Lalu ngacir. Kadang-kadang kesrimpet-srimpet. Kadang-kadang juga balik lagi dengan ghedhandhapan seperti orang kacau, ternyata ada barangnya tertinggal. Aku hanya gedheg-gedheg, menghela nafas. Whatta hell izit.
Tapi kali ini sepertinya marah besar. Uneg-uneg yang entah segala persoalan apa yang dia timbun di benaknya. Meledak. Matanya menyelidik memastikan tidak ada yang melihat.
“Cepat!!..banyak omong, cepat!!! Bayar! Semua sini uangnya!...kamu sudah bla..bla..bla.. kalau kakakku sakit gimana?!..kalau ibuku sakit gimana?!!...menejer ku merintah aku!”
“Mbak…ada apa?” kataku hanya sepatah dua patah, sementara dia nrocos ngalor-ngidul. ("Menejer????")
“Sudah cepet!!...sinih uangnya 20 juta!!!, ini semua barang-barang bawa ke tempatku… kamu tidak berhak!!!..bla…bla..bla…bla!! itu si gundul kepala kecil, si bebek goreng..bla..bla..!!
“Lho..mbak ..tenang..ada apa …sik to…duduk, jelaskan ada apa?, maksudnya apa…siapa itu?”
Matanya nanar menelusuri sekeliling mencari benda untuk dilempar. Spidol dipegang lalu dilempar ke arahku. Lagi, diambil, dilepar lagi ke badanku. Setelah itu dipukul-pukul bahuku. Dengan kekuatan penuh, plus marah. Belum puas, diambilnya selongsong kardus bekas roll plastik. Dipukul-pukulkan ke lenganku berkali-kali. Kalap.
“Ya sudah…berapa mbak..?, aku harus bayar berapa?”
Kuambil dompet, masih kucoba bersabar. Kuulurkan beberapa lembar lima puluh ribuan. Tapi direbutnya sampai jatuh berceceran. Lalu dipungutinya.
“20 juta!!!! Dan semua barangmu bawa ke tempatku!!! Jangan banyak omong!!..bla..!!..bla!..bla!!” matanya memerah (like a bat outta hell).
Hmm…jawaban sinting…dan aku tahu dia sedang benar-benar sinting!!! Entah apa yang ada di otaknya.
“Heeii!!!!...kamu tuh ngomong apa ha!!!??..maksudmu tuh apa!!.. ngomong yang jelas!!, aku tu nggak pernah begini..ngerti ndak!!..tapi kamu selalu nrocos ndak karu-karuan…aku juga bisa marah!!!...sekarang maksudmu apa?..yang kamu pikir itu apa!!?? siapa orang-orang itu!?? Bebek goreng, setan gundul, mereka tuh siapa?? punya nama….NAMAAA....NGERTII??!!”
Aku ikut bludreg, badanku sedikit gemetar menahan amarah rayuan syaitan. Bukan tipeku muring-muring seperti ini.
“Kamu bla…bla..bla.!!!...semoga Tuhan membalas mu!!” setelah nrocos lagi, lalu ngacir..blasss!!!
“Hhhh…”
(Tangan kiriku masih memar dan sedikit ngilu, tadi terkena hantaman selongsong kardus bekas plastik roll)
Aku tahu rahasia hidup ini….. Berbahagialah….. * Kalau harus tertawa, tertawalah dengan bahagia Dan jika harus menangis, menangislah dengan bahagia…. * Berbahagialah.. .. dengan yang sudah kau raih Berbahagialah… dengan yang belum kau raih * Aku tahu rahasia hidup ini….. Bahagialah di jalan terjal mendaki Bahagialah melalui semak berduri Bahagialah jika yang kau tuju Adalah kebahagiaan * * Ingatlah selalu janji Tuhan…. Akan membuat kita bahagia….. Jika kita selalu bahagia atas apapun pemberian-Nya atas apapun kehendak-Nya * Berbahagialah….. Dalam menjalankan semua perintah-Nya * Dalam naungan-Nya Jangan takut tidak bahagia Di Jalan-Nya Jangan takut tidak bahagia Demi ridha-Nya Jangan takut tidak bahagia * Berjanjilah untuk selalu bahagia….. Aku berjanji….Akan bahagia…
Tangan kiri memukul-mukul ke depan, tidak ketinggalan kakinya juga ikut menendang-nendang udara. Sementara tangan kanan tetap menggenggam ponsel menempel di telinganya.
Orang ini sejak tadi kuperhatikan, tangannya bergerak kian kemari menunjukkan berbagai pose. Kadang-kadang juga diikuti gerak tubuhnya untuk lebih mengekspresikan keasyikannya berbicara, seolah-olah berbincang dengan seseorang di sampingnya.
Tidak kita sadari, kadangkala kita berubah menjadi ‘error’ tatkala kita keasyikan berbincang via telpon. Boleh jadi kita memperagakan cara menyetir mobil terhadap seseorang di suatu tempat lengkap dengan kita bergaya memutar-mutar kemudi, lalu me-naik-turunkan kopling, injak gas rem dan sebagainya. Kita lupa, bahwa orang nun jauh di sana itu sama sekali tidak bisa melihat. Walaupun ibaratnya sampai ‘njenthit-njenthit’ atau salto sepuluh kali. Lawan bicara kita sedikitpun tidak akan paham ekspresi gerak tubuh kita. Itu pasti!
Perbuatan anggota tubuh kita melakukan semua itu adalah hal yang mubazir sebenarnya. Namun begitu sah-sah saja kita berekspresi, yang penting jangan sampai ‘mbanyaki’ sehingga menjadikan publik menganggap kita orang yang ‘tidak ganep’.
Ndak ada disini.... sini ndak ada apa-apa sekarang Lihat saja,
ini lantainya saja kotor tidak pernah disapu, debunya tebal Lihat itu temboknya grimpil, catnya juga sudah mulai pudar...
Iya, memang hanya ini perabotannya...
..dulu memang rame... Yang di bilik ini suka tertawa-tawa, bilik sebelahnya suka bernyanyi-nyanyi yang di tengah itu biasanya pada suka ngobrol kalo yang di ujung sana suka.....hm.... ah sudahlah....
Tanaman? tanaman yang mana?.. Iya, rumput itu sudah kering, dulu banyak anggrek disitu... ada mawar, ada melati juga...banyak...macam2
Sebuah berita terkini bertajuk Bencana Besar Ancam Indonesia. Geoscience Australia: Indonesia khususnya beserta negara-negara dalam gugusan asia-pasifik terancam diguncang bencana alam berskala besar (tsunami, gempa bumi, gunung meletus, angin topan) yang bisa merenggut sekitar satu juta orang.
Yang di pucuk gunung bisa mbledhos, yang di pereng bisa dikejar wedhus gembel. Yang di laut bisa karam, yang di bibir pantai bisa diterjang tsunami. Yang di angkasa bisa flying without wings. Yang di gedung-gedung bisa rubuh karena gempa, yang dalam vila di bukit-bukit bisa kena tanah longsor. Bagi yang mau ngumpet di bunker pun juga bisa dipatuk ular.
Sebuah firman Allah: “Sekiranya penduduk negeri-negeri itu beriman dan bertakwa niscaya Kami bukakan untuk mereka pintu-pintu berkah dari langit dan bumi, tetapi (sayang) mereka mendustakan (ayat-ayat Ku) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatan mereka”. (Al `A`raf 96)
Tuhan dengan para malaikatnya, tidak akan kehabisan cara, hanya untuk sekedar mengguncang jagat raya. Menyentil bumi supaya bertabrakan dengan planet-planet hingga menimbulkan ledakan dengan pijaran bunga api ala Happy New Year.
Penanganan bencana yang ter-afdol adalah, senantiasa eling lan waspodo. Eling-lah pada Sang Maha Pembuat bencana, pengatur jagat raya, penggenggam alam semesta. Insyaflah, taubatlah. Waspadalah terhadap perusakan alam, jangan sering menyakiti ibu pertiwi yang kian menua. Menggunduli mahkotanya yang ijo royo-royo. Menorehkan luka di sekujur tubuhnya dengan aneka ketamakan yang sifatnya hanya nikmat sesaat. Kata-kata “O..iya” setelah bencana dan kiamat tiba hanyalah ungkapan yang sia-sia belaka.
Namun begitu, tidak ada kata terlambat, sesuatu yang harus kita lakukan segera (lagi-lagi) adalah 3M ala AA Gym. Mulai dari diri kita, mulai dari hal-hal kecil, dan mulailah dari sekarang. Better late than nothing.
Dibawah ini secuil kutipan cerita dari Bukunya Cak Nun tentang protes ribuan ruh korban tsunami atas “Kekejaman Tuhan”. * Rumah-rumah, bangunan dan segala benda ambruk. Ribuan jasad manusia dilemparkan, dibanting, dihimpit, diperhinakan dengan mencampurkannya ke reruntuhan batu bata dan besi. Patahan kayu-kayu bercampur tulang belulang, daging tercabik membusuk bercampur sampah, darah sirna dalam kotoran air dan lumpur.
Teriakan-teriakan takut dan kengerian bertabrakan dengan angin badai dan terpental ke langit. Ribuan ruh-ruh terpental dari jasadnya. Terjerembab, terbanting, terlempar, terseret, napas mereka terengah-engah, tersengal-sengal...
Bahkan tatkala jasad sudah hancur lebur, ruh masih bisa tersengal-sengal. Bahkan hati ini masih ada, diberati oleh duka maha duka. Akal tak ikut mati, terpanggul di pundaknya ketidakmengertian atas semua ini. Tak ngerti yang paling tak ngerti dibanding segala tak ngerti.
Bagai kiamat kecil. Bukan!! ini kiamat besar!!. Siapa gerangan yang tega hati menyelenggarakan kehancuran ini? Makhluk apa gerangan yang tak punya nurani menghajar manusia dengan sambaran raksasa kengerian ini? Siapakah yang akan menyalahkan kami jika sekarang kami menjadi gila? Apakah ada ilmu untuk kami pakai menanggung penderitaan ini?
“Apa-apaan ini Tuhaaaan!!!” terdengar suara satu ruh. “Ya!!! Apa maksud-Mu!” sahut ratusan ruh lainnya. “Apakah derita kami adalah makananMu!” “Apakah bencana sedahsyat ini belum juga membuatMu kenyang!” ribuan ruh menyahut. “Jawablah!” “Ya, berbicaralah Tuhan!”, suara seluruh ruh itu membahana. “Jawablah, wahai Engkau Tuhan yang melakukan semua ini!” “Berbicaralah wahai Engkau Tuhan yang bikin perkara” “Wahai Tuhan yang bikin bencana, menciptakan kehancuran!”
Beribu-ribu ruh meraung bersama-sama. Di dalam raungan itu terkandung segalam macam jenis derita dan kegelapan yang pernah dikenal oleh peradaban manusia, namun kadarnya tak tertakar, tak terukur, tak terkirakan.
Tiba-tiba ribuan ruh itu terkurung oleh bola raksasa berwarna putih kebiru-biruan, bagai tabung kaca yang agung. Semua terkesiap. Terdiam. Sunyi senyap. Ruh-ruh itu memandang ke sekeliling bulatan maha besar itu. Inikah alam-barzah? Inikah alam malakut? Ataukah riyah, walayah, atau sudah tiba kami semua di semesta uluhiyah?
Bergemuruh kembali suara ribuan ruh-ruh. Menyerbu ke segala arah di dalam rongga bulatan besar itu. Dan nun diseberang sana, muncul tujuh sosok terbang menuju ke arah mereka. Ribuan ruh-ruh itu tak mengerti apakah harus takut, bingung, atau mencoba mencari sikap yang lain.
“Bencana tetap bencana, ketidakadilan tetap ketidakadilan. Bencana oleh siapa, kekejaman siapa, ketidakadilan siapa yang kalian maksudkan?” kata satu sosok tampaknya pemuka ketujuh sosok itu. “Tuhan!” ruh-ruh itu serempak “Tuhan yang bikin bencana, Tuhan yang melakukan kekejaman dan ketidakadilan?” Ruh-ruh itu sungguh tak mengerti tetapi menjawab serempak : “Yaaa!” “Sekali lagi aku bertanya: Jadi Tuhan yang menciptakan bencana kekejaman dan ketidakadilan?” “Ya” “Sebagaimana Ia menciptakan rezeki, kesantunan dan kearifan?” “Ya” “Sebagaimana Ia menciptakan kalian semua manusia, semua heawn, semua alam semesta, langit dan bumi, gunung dan sungai, tanah dan hutan, serta segala apapun tanpa ada sesuatu selain yang Ia ciptakan?” “Ya” “Apakah Tuhan menciptakan alam semesta, langit dan bumi, serta kalian semua ini, dengan membeli atau meminjam bahan bakunya dari pihak lain- sebagaimana kaliam membuat nasi dengan membeli beras di pasar?” “Tidak” “Apakah ada yang berperan atau memberikan sumbangan sesuatu kepada Tuhan untuk menciptakan segala makhluk itu?” “Tidak” “Jadi berapa persenkah saham Tuhan?” “Seratus persen” “Kalau begitu adakah pihak lain yang berhak mengambil keputusan apapun selain pemilik saham seratus persen?” “Tidak ada” “Apakah Tuhan terikat oleh kewajiban? Kewajiban dalam arti apapun. Apakah Tuhan terikat oleh anggapan-anggapan makhluknya?” “Tidak” “Apakah jika semua bencana bagi kalian maka pasti bencana juga bagi Tuhan?” “Tidak” “Apakah kalau kalian katakan semua itu adalah kekejaman dan ketidakadilan, maka demikian juga pada pandangan Tuhan?”
"Tidak" “Tapi kenapa dengan cara yang kejam dan mengerikan?”
“Tuhan senang menyaksikan keteguhan kalian itu. Sehingga sebagian kalian dibebaskan dari kebingunan yang berkepanjangan, dimerdekakan dari bau busuk dunia, dari manipulasi atas nasib kalian, sebagian kalian diberi anugerah oleh Tuhan untuk tidak perlu lagi berpusing-pusing pikiran tentang dunia yang semakin menjijikkan, kebudayan yang membuih, menghewan, serta semakin serakah dan tidak tahu diri. Sebagian kalian dijemput oleh gempa dan ombak raksasa, disongsong oleh para Malaikat, diantarkan langsung menuju sorga yang berderajat sangat tinggi. Kalian semua telah diangkat oleh Tuhan menjadi syuhada, kalian mati syahid, mati dalam keadaan menyaksikan kebobrokan dunia. Kalian menyaksikannya tidak hanya dengan mata dan ilmu, melainkan dengan nyawa dan penderitaan. Itulah semulia-mulia makhluk Tuhan. Ia telah menunggu kalian dengan cintaNya, dan sudah menghapus seluruh dosa kalian selama hidup di dunia”.
“Kalian berpikir dari sudut jasad dan dunia. Gempa itu hanya tanah bergerak, dan tanah, hanyalah sesuatu yang kalian semua pasti akan tinggalkan. Air bah hanya air yang bergerak. Air pun adalah jasad yang pasti akan kalian tinggalkan. Bahkan batang tubuh kalian adalah kerendahan serendah-rendahnya, yang akan segera aus...”
Semoga Allah SWT memberikan kebaikan kepada kita semua
dan menjadikannya sebagai tahun kebaikan dan barakah
Amin
*
Tertundanya pemberian setelah engkau mengulang-ulang permintaan,
janganlah membuatmu berpatah harapan. Allah menjamin pengabulan doa sesuai dengan apa yang Dia pilih buatmu, bukan menurut apa yang engkau pilih sendiri, dan pada saat yang Dia kehendaki, bukan pada waktu yang engkau ingini.
Wayang disebut sebagai kabudayan adhi luhung. Sebuah kebudayaan yang sarat akan falsafah kehidupan yang luhur. Mulai dari gamelan, bentuk wayang, penokohan, gunungan, lakon, goro-goro dll. Semua mengandung makna yang sangat dalam.
Satu contoh adalah Tokoh Semar. Semar sebenarnya adalah gambaran dunia ini. Perhatikan mimik wajahnya, bibirnya tertawa, tapi matanya meneteskan luh, menangis. Melambangkan kehidupan ini ada susah, ada bahagia. Semar adalah laki-laki, tapi sosoknya perempuan. Meskipun Semar adalah pelayan bagi bendara-nya, tapi sebenarnya dia adalah seorang dewa. Semar selalu berlakon low profile tapi dia adalah sang pamomong yang sangat peng-pengan tak terkalahkan, bahkan oleh Bethara Guru sekalipun. Masih sangat banyak lagi petuah yang dapat kita petik jika kita mau ‘nguri-uri’ kabudayan adi luhung berupa wayang ini.
Adalah tidak gampang untuk menjadi seorang dhalang. Di masa lalu seorang dhalang kondang perlu melakukan lelaku, tapa brata dan tirakat. Mereka punya ‘lambaran’, yang sanggup mengantisipasi bermacam gangguan. Mereka dituntut tidak ngantuk, tidak pegal-pegal, tidak beser, betah duduk dan suluk yang selalu nyaring semalam suntuk hingga tancep kayon. Dan hebatnya seorang dalang paling tidak harus bisa menyuarakan 30 jenis karakter yang berbeda.
Menakjubkan bahwa di era tradisionil Blencong (lampu penerangan di atas layar) dahulu hanya menggunakan bahan bakar minyak jarak dan jadah sebagai sumbunya, tapi sekarang sudah diganti dengan efek dan tata lampu ratusan watt yang beraneka warna.
Alkisah, dahulu kala Sunan Kalijaga menggelar wayang kulit dengan mensyaratkan syahadat sebagai “karcis” bagi mereka yang ingin menonton. Ini merupakan metode syiar atau penyebaran agama Islam beliau dalam kabudayan Jawi. Yang salah satu karyanya dapat kita lihat dalam tembangnya Lir-Ilir.
Alam dan kehidupan ini adalah bagaikan ‘pakeliran’. Seringkali kita lalai, bahwa kita adalah wayang yang dilakonkan oleh Sang Dalang. Gusti Allah mengatur segalanya, kapan kita dikeluarkan dari kothak, melakonkan kehidupan, kapan harus berperang, kapan dimatikan semua sudah digariskan. Kita sebagai wayang kehidupan tidak bisa menolak. Jika takdir telah menentukan menjadi Durmagati, tidak bisa kita minta supaya jadi sakti dan setampan Harjuna.
Meskipun begitu (jika kita mau) kita bisa ikhtiar dengan maksimal agar setidaknya dapat mencontoh kebaikannya, budi pekertinya, ilmunya, perilakunya dan pandangan hidupnya. Sebagaimana Togog seorang pelayan di pihak Kurawa selalu ngelingke dan memberi input kebaikan pada ndoro-ndoro kurawanya, tapi tidak pernah digubris. Begitu juga dengan Kumbokarno yang rela gugur bukan membela rajanya yang lalim, tapi karena sangat loyal dan komitmennya dalam membela tanah airnya.
Pandawa yang hanya lima itu adalah lambang kebenaran, dan Kurawa yang seratus (banyak) melambangkan angkara murka, keserakahan, kebatilan. Plesetan istilah “a few good man”, bahwa manusia-manusia pilihan itu tidak banyak jumlahnya, sementara untuk jadi manusia keblinger amatlah mudah dan sangat banyak.
Alangkah bijak jika kita mau mengambil falsafah dari wayang, bahwa kebenaran akan selalu menang, dan yang salah pasti akan kalah. Sudah pakem bahwa jika kita selalu berjalan lurus, kita akan beroleh kemenangan kelak, dan apabila kita melenceng dari aturan, maka kita akan kalah. Tetaplah tersenyum walau dalam tangis, dan tetaplah bersyukur walau aneka ujian datang menerpa. Sura dira jayaningrat, lebur dening pangastuti.