AnuGa Smg Blogspot

MUHASABAH
Thursday 26 February 2009 | 4 Comments

Dengan mengucap Nama-Mu Yang Agung.
Tuhan Sang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Demi masa, yang silih berganti.
Tuhanku…
Tak ada sesuatu pun di seluruh alam semesta ini, kecuali adalah milik-Mu.
Tak Kau ciptakan makhluk-makhluk, kecuali hanya mengabdi pada-Mu.
Demikianlah ketetapan-Mu. Sang Penguasa Mutlak.

Adalah janji makhluk-Mu. Kami para manusia
(inna shalati wannusuki wamahyaya wammaati lillahi rabbil allaamin)
Tuhan, kami beriman pada-Mu.
Tuhan, kami mengabdi pada-Mu
Sholatku, ibadahku, hidup dan matiku, Lillahi ta’ala.
Hanya untuk-Mu

Demi masa, yang silih berganti.
Tuhanku
Adalah suatu masa. Ternyata kami ingkar.
Seruan-Mu agar kami berhimpun menghadap-Mu. Tak kami hiraukan.
Kami tulikan pendengaran ini. Kami masyuk dengan duniawi
Kami terjang segala rambu larangan-Mu
Acuh dengan segenap perintah-Mu

Tuhanku. Ternyata kami lalai.
Bahwa segala yang kami usahakan. Bahwa apa-apa yang ada pada kami.
Adalah kuasa kami, hak mutlak kami. Segenap yang kami suka dan inginkan.
Seolah dalam genggaman kami. Kekal abadi.

Dalam kecongkakan dan kesombongan.
Kami kian larut dalam kemaksiatan dan kemungkaran.
Terbius akan kemilau dunia ini.
Kenikmatan dan kelezatan yang amat memabukkan.

Dengan Kemahakasih-Mu Kau ingatkan kami
Dengan berjuta tanda kebesaran-Mu.
Meskipun bibir ini berulang mengucap ketentuan-Mu
Akan Ayat-ayat-Mu
Namun tak meresap dalam kalbu.

Demi masa…
Suatu ketika, dengan izin-Mu
Bermacam masalah, musibah dan bencana, Kau paparkan.
Kehancuran, keguncangan, kerusakan, ketidakseimbangan.
Memporak-porandakan jiwa dan raga.
Mengaduk-aduk segenap logika, hati dan rasa.
Tercengang kami. Buntu segala akal pikiran kami.
Kami ingat dan sadar bahwa kami tak kuasa.
Tuhan, kami memohon pertolongan hanya kepada-Mu.
(laa qaula wa laa quwwata illa billah)

Insyaflah kami.
Terseok-seok kami datang kehadirat-Mu
Dengan jiwa yang lunglai dan derai air mata.
Insyaflah kami.
(Laa ilaha illa anta, subhanaka inni kuntu minadzhaalimin)

Telah Kau perintahkan kami.
Untuk melihat berulang-ulang. Akan tanda kebesaran-Mu
Demi Engkau Sang Maha Benar.
Sungguh sempurna Ayat-ayat-Mu
Benarlah. Tak ada yang luput dalam segala Ketentuan-Mu
Benarlah. Tak ada ketidakseimbangan dalam penciptaan-Mu.
Dan pengetahuan kami, penglihatan kami, amatlah payah.
Sungguh amatlah payah.

Wahai Tuhanku, kami sungguh sadar.
Alam semesta seisinya adalah milik-Mu
Segala harta benda, keluarga, sanak kerabat dan handai taulan.
Segenap jiwa raga. Jasad dan roh kami.
Dan semua apa-apa yang kami cintai.
Adalah mutlak milik-Mu. Dan dalam kendali-Mu
Tuhanku Maha Pengasih
Walau dosaku menggunung tinggi,
Tapi Rahmat-Mu melaut luas

Tuhanku.
(Alhamdulillahirabbil ‘alamiin)
Segala puji adalah bagi-Mu
Kami dzalim.
Dzalim atas diri kami sendiri.
Karena tak setitik apapun dari kami memberi manfaat bagi-Mu.
Usaha kami adalah pahala bagi kami.
Masa dunia hanyalah sementara.
Dan alam hakiki adalah kehidupan sesudahnya.
Kami sadar. Tiada yang lebih baik.
Selain orang-orang yang kembali.
Dan ber-Muhasabah.
*
*
posted by Nuga @ 2/26/2009 11:01:00 pm
 
Putusan Karakoush
Saturday 21 February 2009 | 3 Comments
.


THE STRANGE JUSTICE OF KARAKOUSH (an Egyptian folktale)



Pada suatu malam seseorang terlihat mengendap-endap di pekarangan sebuah rumah. Rupanya ia hendak mencuri di rumah tersebut. Setelah merasa aman, ia mencoba membuka salah satu jendela rumah tersebut. Namun naas baginya, sewaktu mengungkit daun jendela, karena tidak dipaku dengan kuat, ia terjatuh tunggang-langgang ke dalam dan kakinya patah.
.
Pagi harinya ia menghadap Karakoush, sang wali negara, untuk mengadukan nasibnya. “Wahai tuanku,” lapornya, “Tadi malam hamba hendak masuk ke sebuah rumah untuk mengambil harta pemiliknya, namun karena jendela rumah itu tidak dipaku dengan teguh, akhirnya hamba terjatuh ke dalam rumah dan kaki hamba menjadi patah karenanya.” Sambil memperlihatkan kakinya yang patah, ia meneruskan kata-katanya, “Hamba mohon keadilan paduka untuk menghukum pemilik rumah tersebut.” Mendengar permohonan tersebut sang wali negara dengan suara keras memerintahkan pengawalnya agar pemilik rumah itu dibawa menghadap ke pengadilan.
.
Sesampainya sang pemilik rumah ke sana, ia langsung diinterogasi oleh wali negara, “Kamu pemilik rumah yang ceroboh !!! Mengapa jendela rumahmu tidak kaupaku dengan kuat sehingga pencuri ini tidak bisa berpegangan dengan kuat pada jendela dan dia terjatuh sampai menyebabkan kakinya patah ??!!!”.
Sejenak pemilik rumah itu tertegun. Mengapa ia dipersalahkan atas tuduhan yang amat aneh ini ?? Apakah dapat dibenarkan seorang pencuri mempersalahkan orang yang hendak dia ambil hartanya karena kegagalan dalam melaksanakan kejahatannya ? Namun si pemilik rumah sadar bahwa berdebat dengan Karakoush hanya akan membuat nasibnya malah lebih celaka lagi. Karena itu ia pun segera menjawab, “Wahai tuanku, sesungguhnya kesalahan itu bukan terletak padaku, tapi pada tukang kayu yang mengerjakan pembangunan rumahku. Jika saja ia bekerja dengan baik, memaku daun jendela itu dengan kuat, tentu pencuri ini tidak akan terjatuh dan menderita patah kaki seperti ini.”
.
Mendengar penjelasan si pemilik rumah, Karakoush pun memerintahkan para pengawalnya untuk menangkap tukang kayu yang dimaksud. Ketika dihadapkan pada pengadilan, tukang kayu itu dipersalahkan oleh wali negara dengan suara menggeledek, “Kamu tukang kayu yang ceroboh !!! Mengapa jendela rumah orang ini tidak kaupaku dengan kuat sehingga membuat jendela itu menjadi goyah dan pencuri itu bisa terjatuh lalu menderita patah kaki seperti ini ??!!!”
.
Si tukang kayu pun sadar bahwa tak ada gunanya berdebat dengan wali negara, karenanya ia pun menyahut,”Wahai tuan, sesungguhnya ketika aku sedang mengerjakan pembangunan rumah orang ini, lewatlah seorang wanita cantik dengan pakaian warna merah. Karena aku terus memperhatikannya, aku pun tidak memaku jendela itu dengan kuat sehingga daun jendelanya mudah goyah dan menyebabkan orang ini jatuh.”
.
Wali negara pun memerintahkan agar wanita itu dihadapkan padanya. Setelah hadir di persidangan, wanita itu pun dipersalahkan,”Kau yang senang memakai pakaian yang menarik hati kaum lelaki, mengapa kau memakai pakaian warna merah saat lewat di depan rumah orang ini sehingga menyebabkan tukang kayu yang mengerjakan pembangunan rumah itu memaku jendelanya jadi bengkok dan mengakibatkan pencuri ini terjatuh ke dalam dan kakinya patah ??!!!”
Si wanita pun menjawab,”Kecantikanku adalah augerah Allah, tapi pakaianku adalah buatan tukang celup. Dialah yang memberi baju ini warna merah sehingga menarik perhatian tukang kayu.”
.
Kembali dengan suara mengguntur Karakoush memerintahkan pengawalnya untuk menghadapkan si tukang celup kepadanya. Ketika orang yang dimaksud sudah berada di depannya, Karakoush pun membentaknya,”Kau yang suka main-main dengan warna-warna celupan, mengapa pakaian wanita ini kauberi warna merah sehingga menarik perhatian tukang kayu dan menyebabkan jendela yang dipakunya menjadi guyah dan membuat orang ini terjatuh ketika ia mengungkitnya hendak masuk ??!!!”
Si tukang celup terkejut. Tak terkatakan apa-apa lagi olehnya karena ia sudah pingsan ketakutan. Oleh sebab ia tidak bisa lagi melemparkan kesalahan kepada orang lain, diputuskanlah untuk mengganjarnya dengan hukuman gantung.
Tetapi dia adalah orang yang luar biasa tingginya, sampai-sampai mengalahkan tinggi tiang gantungan.
Tergopoh-gopoh pengawal melapor bahwa tidak ada lagi tempat buat menggantung si tukang celup. Karakoush tidak mau menerima kegagalan putusannya begitu saja. Dengan marah ia perintahkan,”Carilah tukang celup lain yang lebih pendek dan gantunglah dia menggantikan orang itu.”
Begitulah. Akhirnya ditemukanlah seorang tukang celup lain yang berbadan lebih pendek. Tentu saja ia meronta-ronta ketika hendak dibawa ke tiang gantungan, namun semua sia-sia dan akhirnya dialah yang dihukum gantung.
**
Dari kejadian itu, apabila ada orang yang tidak bersalah dipenjarakan dan orang yang benar-benar bersalah dibiarkan lepas, maka masyarakat pun akan berkata,”Seperti putusan Karakoush.”
**
posted by Nuga @ 2/21/2009 02:13:00 pm
 
Wasiat Luqman Hakim
Tuesday 3 February 2009 | 9 Comments

Kepada Anaknya Dalam Mendidik Anak Beragama

Wasiat Lukman al Hakim pada puteranya yg kita tahu ada 10. Dalam kitab2 lain antaranya "Tafsir Ruhul Ma'ani", jilid ke 21, berisi sebagai berikut :

1. Hai anakku! ketahuilah sesungguhnya dunia laksana lautan yang dalam, banyak manusia yang karam kedalamnya. Kalau engkau ingin selamat, supaya jangan karam, layarilah dia dengan sampan yang bernama taqwa, isinya ialah iman dan layarnya ialah tawakal kepada Allah.

2. Orang-orang yang selalu menyediakan dirinya untuk menerima nasihat maka dirinya akan mendapat penjagaan dari Allah, orang yang biasa dirinya insaf dan sabar kerana menerima nasihat orang lain, tandanya orang itu akan sentiasa menerima kemuliaan dari Allah, berasa hina diri dalam beribadat dan bertaat kepada Allah ta'ala akan menimbulkan rasa lebih dekat kepada Allah dan lebih menghindarkan diri kepada maksiat.

3. Marahnya orang tua dalam mendidik anaknya, tak ubahnya seperti pupuk bagi tanam-tanaman.

4. Hai anakku! Jauhkanlah dirimu dari berhutang sesungguhnya berhutang itu menjadikan dirimu hina diwaktu siang dan gelisah diwaktu malam.

5. Hai anakku! Selalulah berharap kepada Allah harapan-harapan yang hasilnya tidak akan membawa engkau untuk menderhakai Allah, takutlah kepada Allah dengan sebenar takut yang biasa melapaskan engakau dari sifat berputus asa terhadap rahmat Allah.

6. Seorang pendusta lekas hilang air mukanya (tak dipercayai orang) dan seorang yang sudah rusak akhlaknya akan banyak gelamunnya terhadap yang salah-salah, memindahkan batu yang besar lagi berat dari tempatnya ke tempat yang lain, lebih mudah daripada memberi pengertian kepada orang yang tidak mahu mengerti.

7. Hai anakku! Engkau sudah merasakan bagaimana beratnya membawa batu yang besar, besi yang berat dan lain-lain yang sangat beratnya, tapi akan lebih berat lagi dari itu, bila mempunyai tetangga yang jahat, engkau telah merasakan bermacam-macam kepahitan tapi akan terasa lebih pahit lagi bila hidup dalam keadaan fakir dan miskin.

8. Hai anakku! Engkau jauhilah bersifat dusta, sebab berdusta itu enak sekali mengerjakannya, seperti enaknya memakan daging burung, sedikit saja berdusta, akibatnya tetap akan memberi bahaya.

9. Hai anakku! Kalau bertemu dua kejadian, antara menjenguk orang mati dengan menghadiri pesta kahwin maka pergilah menjenguk orang mati, sebab akan mengingati diri pulang kekampung akhirat, sedang menghadiri pesta kahwin hanya mengingati diri kepada kesenangan duniawi saja.

10. Hai anakku! Janganlah engkau makan sampai kenyang yang berlebih-lebihan. Sesungguhnya memberikan makanan yang engkau makan sampai kenyang berlebih-lebihan itu kepada seekor anjing adalah lebih baik daripada engkau memakannya.

11. Hai anakku! Janganlah engkau terus menerus menelan kerana manisnya sesuatu, dan jangan pula lekas engkau muntahkan kerana pahitnya.(Yang manis itu biasanya mendatangkan penyakit, sedangkan yang pahit biasa menjadi obat)

12. Makanlah makananmu bersama-sama dengan orang-orang yang bertaqwa kepada Allah, rundingkanlah urusanmu kepada alim ulama' (dengan cara minta nasihat kepadanya)

13. Bukanlah baik namanya, bila engkau selalu mempelajari segala macam ilmu yang belum engkau ketahui, sedang ilmu yang telah diperolehi belum lagi engkau amalkan. Hal seperti ini tak ubahnya dengan perbuatan seseorang yang mencari kayu api, setelah dikumpulkan, lalu dipikulnya, tapi dia tak kuat membawanya, kemudian dia tambah lagi.

14. Hai anakku! Kalau engkau ingin hendak mengambil seseorang menjadi teman, maka ujilah dia lebih dahulu dengan cara membuat dia marah, kalau dia di waktu marahnya masih memberikan keinsafan (kesedaran) kepada engkau, maka bolehlah dia dijadikan teman, kalau tidak begitu, maka hendaklah engkau berhati-hati.

15. Hendaklah selalu tutur katamu baik dan wajahmu manis, engkau akan lebih disukai orang lebih disukainya dari orang-orang yang sudah pernah memberikan pemberian yang mahal-mahal.

16. Hai anakku! Kalau engkau berteman, tempatkanlah dirimu sebagai orang yang tidak mengharapkan sesuatu daripadanya, dan pasti dia akan selalu mengharapkanmu.

17. Hai anakku! Jadikanlah dirimu dalam segala tindak tandukmu, seperti orang yang tidak mengharapkan pujian seseorang dan tidak pula menimbulkan celaan orang. Dirinya bekerja kelihatan letih, tapi manusia selalu memandangnya dengan tenang.

18. Hai anakku! Usahakanlah jangan sampai keluar dan mulutnu kata-kata kasar, sesungguhnya engkau akan selamat bila engkau bersifat pendiam. Kalau akan berbicara juga, bicaralah yang akan mendatangkan manfaat kepada orang lain.

19. Hai anakku! Janganlah engkau condong ke dunia ini dan janganlah hatimu repot kerana dunia saja, kerana engkau dijadikan Allah bukanlah untuk dunia. Tidak adalah makhluk yang dijadikan Allah, lebih hina daripada orang yang telah terpedaya oleh dunia. Mati sebab akan mengingati diri pulang ke kampung akhirat, sedangkan menghadiri pesta kahwin hanya mengingati diri kepada kesenangan duniawi saja.

20. Hai anakku! Janganlah engkau tertawa kalau bukan kerana sesuatu yang mencengangkan (menggelikan), janganlah engkau berjalan tanpa ada tujuan yang tertentu, janganlah engkau menanyakan sesuatu yang tidak berguna bagimu, janganlah menyia-yiakan hartamu, sedangkan harta orang lain engkau pelihara, kerana sesungguhnya yang menjadi hartamu ialah yang engkau usahakan, sedang harta orang lain itu belum tentu menjadi milikmu.

21. Hai anakku! Siapa yang penyayang tentu akan disayangi orang pula, siapa yang tidak pandai menahan lidahnya berkata yang buruk tentu dia akan menyesal akhirnya.

22. Hai anakku! Bergaul rapatlah dengan alim-ulama', diam dan dengarlah baik-baik segala nasihatnya, sesungguhnya hati akan hidup dengan adanya cahaya hikmah (ilmu pengetahuan) sebagaimana tanah biar subur kerana air hujan.

23. Engkau ambillah harta benda dunia ini sekadar keperluan dan nafkahkanlah yang selebihnya untuk keperluan di akhirat nantinya, jangan engkau tendang kehidupan dunia ini seluruhnya, engkau akan menjadi pengemis yang akan menambah berat tanggungjawab orang lain. Janganlah engkau berteman dengan orang bodoh dan janganlah pula dengan orang yang bermuka dua (tidak berpendirian)

*
*
posted by Nuga @ 2/03/2009 12:12:00 am
 
My Photo
Name:
Location: Semarang, Jawa Tengah, Indonesia

I'm just an ordinary person

Previous Posts
Archives
Silahkan Di ISI



  • Links
    Status : NuGa
    Visit the Site
    My Link Banner



    eXTReMe Tracker



    Youahie