Hati Hancur Jadi Debu
Monday, 6 April 2009
.
Alkisah. Sebuah keluarga kecil di suatu rumah yang sederhana. Yang sedang giat membangun usaha mulai dari nol. Pagi-pagi buta mereka berdua sudah mulai bekerja. Mereka merencanakan segalanya berdua, tentang usaha dan masa depan mereka. Demikian bertahun-tahun mereka jalani. Peras keringat, banting tulang, bahu-membahu demi memenuhi segala kebutuhan dan meningkatkan perekonomian keluarga. Kehidupannya harmonis penuh cinta kasih. Tahun demi tahun usahanya semakin lancar dan maju.


.
Tuhan mengaruniai mereka anak-anak yang banyak. Anak-anak yang lincah dan lucu. Sang istri merawat anak-anaknya dengan sabar dan penuh kasih sayang. Di tahun-tahun kesuksesannya mereka membeli lagi rumah, tempat usaha, mobil, dan aneka perabot yang diinginkan. Sang suami pun makin sibuk bekerja kesana kemari.
.
Meskipun sesekali mereka beribadah, tampaknya hal-hal wajib yang menjadi komitmennya dengan sang pencipta sering mereka lupakan. Memang sudah menjadi ketetapan, hidup adalah perjuangan, hidup akan sarat dengan berbagai ujian dan cobaan.
Di puncak kebahagiaan dan kesuksesannya, awan hitam berarak mendekat. Sang suami mulai sering di luar rumah. Kadang beberapa hari tidak pulang. Riak-riak kecil mulai tampak. Desas-desus yang dihembuskan sang angin, masih dianggap kabar burung. Pikir istrinya, tidak mungkin begitu. Kami berdua saling mencintai. Itu yang hanya ingin dia tahu dan yakini.

Hingga suatu ketika di pagi yang cerah. “beep-bep…beep-bep”…..bunyi nada sms dari HP suaminya. Dibacanya isi sms itu. “Yank….kangen nich, kapan kita bercinta lagi…kutunggu yank…”
Bagaikan guntur yang menggelegar di kepalanya atau sengatan lebah di gendang telinganya. Nafasnya sesak tersengal-sengal. Hatinya seperti diiris sembilu. Air mata pun tak kuasa dibendungnya. Simpul-simpul halus yang selama ini tak diyakininya, ternyata benar. Suaminya ….selingkuh!! Badannya lunglai, lalu ..pingsan.
**
Malam itu hujan amat lebat, kilat menyambar mengguntur. Seolah mengiringi hati yang remuk redam di keluarga itu. Istrinya menjerit-jerit kalap, sementara semua anak-anaknya menangis. Segala yang ada dibanting hancur berantakan. Sang suami mengampun berurai air mata, memohon maaf pada istrinya. Sambil menggendong si bayi di tangan kirinya, sedangkan yang lebih besar ada digandengan kanannya. Sementara anak-anak yang lain memeluk kaki ibunya mencegah supaya tidak pergi. Semua bertangisan. Namun Istrinya tetap bersikeras untuk pergi meninggalkan mereka...…Minggat!!.
Entah kekuatan iblis apa yang merasuk, dibantingnya anak-anaknya yang mencengkeram kakinya, hingga membentur tembok dan anak satunya terlempar ke pagar. Kemudian dia pun berlari ditelan gelapnya malam dan hujan.
.


Sebulan kemudian…
Saat ini mereka telah bersatu kembali, bersepakat membina rumah tangga baru di rumah yang baru. Namun tampaknya sang istri hatinya telah mati. Hatinya yang terluka menganga tak mudah diobati lagi. Satu sentuhan masalah kecil baik hanya mendengar lagu atau cerita tentang perselingkuhan akan membuatnya histeris dan gila. Seringkali dalam kesendiriannya, matanya menatap kosong, hampa. Hidup segan mati tak hendak. Hatinya telah tertoreh, terluka tiada tara. Seakan tak percaya pada nasibnya, sulit menerima suratan dan cobaan yang Tuhan pasti berikan pada siapapun.
.
Sang suami meskipun menyesali perbuatannya, tapi nasi telah jadi bubur. Betapa sering kenikmatan dunia direguknya di waktu lalu. Namun tak pernah menyangka akibatnya. Kehancuran tidak hanya menimpanya, tapi juga anak-anaknya yang tak berdosa. Anak-anaknya menjadi linglung, kehilangan masa kanak-kanaknya yang penuh ceria. Otaknya dipaksa untuk berpikiran dewasa. Sekeluarga menjadi gunjingan dan cemoohan warga, sehingga merekapun terusir dengan sendirinya.
.
Tiada lagi kebahagiaan terpancar dari wajah-wajah itu selain kemuraman yang menyelimuti. Istrinya kadang terlihat berjalan gontai sambil menggendong anaknya berjalan tak tentu arah. Jika disapa kadang tak merespons, seolah-olah tidak peduli dengan lingkungannya dan dunia ini. Diapun begitu jijik bersinggungan dengan suaminya lagi. Seakan ditutup hatinya untuk selamanya. Baginya Kesetiaan adalah harga mati.
.
.
(The Power of Love)
Cinta...
Indahnya dapat menjadikan kita bahagia, melebihi apapun.
Dan sakitnya dapat menimbulkan penderitaan melebihi apapun.
***
posted by Nuga @ 4/06/2009 09:12:00 pm

24 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home

 
My Photo
Name:
Location: Semarang, Jawa Tengah, Indonesia

I'm just an ordinary person

Previous Posts
Silahkan Di ISI



  • Status : NuGa
    Visit the Site
    My Link Banner



    eXTReMe Tracker



    Youahie