Kisah Hari Ini
Wednesday 14 January 2009

.
Hmm…. Entah kenapa aku ingin menulis hal-hal yang terjadi hari ini. Ada 2 kisah sehari ini yang cukup aneh.

Fenomena Pagi
(Seorang Ibu termehek-mehek minta bantuan biaya pulang)

Pagi-pagi baru saja kubuka pintu toko, belum ada customer. Aku kedatangan seorang ibu-ibu. Rambut sudah memutih ubanan, berpakaian lusuh, muka seperti dua hari tidak tersentuh air. Pintu kaca itu dibuka sedikit, badannya separo masuk, lalu tau-tau nangis, memohon-mohon bantuan.

“Dek…permisi dek….tolong mak..de’, mak cari-cari anak mak tak ketemu dek. Dia pergi dari rumah sejak dua hari lalu….mak cari-cari…..Yaa Tuhan.. Oh…Tolong mak dek..hoaaaaa....” Ibu berlogat Jakarta itu tiba-tiba menangis.

“???....” aku terkesiap sejenak. Dalam benakku….Ah…Alhamdulillah…Yaa Allah telahkah Kau kirim seseorang untuk kujadikan ladang amal? Hmm…

“Mak hanya pengen pulang dek…tolonglah dek….mak pengen ke Stasiun Poncol, lalu naik kereta yang murah, turun Pasar Senen..habis itu sudah dek, mak bisa pulang ke rumah…tolonglah dek..”

“Bukan uangnya dek, tapi kebaikan hati adek….supaya Tuhan membalasnya dek tolong, puji Tuhan” ibu ala Oma-oma ini termehek-mehek sambil menjelaskan masalahnya.

“Ehm…mari..bu..sini,.masuk …masuk saja ndak papa,….duduk sini…silahkan” Kupersilahkan duduk, kuperhatikan dia tampak sungkan, lemas dan gemetar seperti belum kemasukan makanan.
“Ibu di sini tinggal dimana..?”…
“Mak..tak ada siapa-siapa dek…tolong mak dek”
“Iya…uhmm…alamat ibu di Jakarta dimana?” “Oya nama ibu siapa”
“Sumiyati dek…Jalan Pisang Ambon 285 Tangerang”
“Oh…terus ibu pengen pulang? Naik apa ke stasiun?”
“Mak tak apa-apa jalan saja ke Poncol…dek…biar mak tunggu kereta disana karena hari-hari ini, hujan terus, mak minta alamat adek nanti mak kirim surat, atau mak ganti uang adek…bagi mak bukan uangnya dek…..mak disana jual ayam goreng, 60 potong mak tinggalkan cari anak mak”

Aku catat alamatnya di secarik kertas. Lalu ku telfon seseorang di Jakarta (my beloved) hanya sekedar sharing dan info tentang apa yang sedang kuhadapi. Aku ingin dia juga dengar. Lalu kuserahkan telfon supaya ibu itu ngobrol sendiri. Kuperhatikan tangan ibu itu gemetaran. Kubaca bahasa tubuhnya. Lalu diserahkan kembali HP ku.

“Dek…kalau adek tidak bisa..tidak apa-apa dek…mak minta kebaikan hati adek.”
“Berapa ongkos keretanya bu?”
“Kereta ekonomi sekian puluh ribu dek….”
“Oh…jadi saya antar ibu ke Poncol saja ya….sampai naik kereta? Kereta jam berapa?”
“Ah..jangan dek…mak minta kebaikan adek saja…mak naik mobil saja di depan situ”

Hm….Aku mulai curiga, ini semacam tipu-tipu. Katanya jalan pisang ambon bukan di Tangerang. Hhh….. aku agak bimbang, kenapa tak mau kuantar. Kalau ini beneran, sebenarnya akan kututp toko lalu kuantar ibu itu ke Poncol. Akhirnya aku aku masuk sebentar lalu kulipat selembar uang kertas, lalu kuserahkan padanya.

“Ini bu….saya hanya bisa kasih ini sekedarnya…”
“dek..puji Tuhan… Terima kasih dek…semoga Tuhan yang membalas adek..”
“Aah…”
.

Fenomena Sore
“MY”

Akhirnya. Kutulis juga sesuatu tentang Mbak Y ini. Setelah lama kutahan tahan akhirnya tidak tahan juga. Ini adalah puncak “kegilaan”-nya, dan juga puncak kesabaranku.



Pada dasarnya mbak Y orangnya baik, rajin ibadah, ulet, tidak malesan, mau bersih-bersih, tidak banyak neko-neko, dll. Tapi ke-apatisan-nya luar biasa. Dan satu hal, entah benar atau tidak dia semacam ada sighting atau hal-hal yang berbau cenayang. Dulu pernah diceritakan bahwa dia punya teman-teman di langit, bisa tau sesuatu lalu terjadi, bisa tau tanpa dikasih tau, mimpi ini itu, dlsb. Tentu saja tidak dengan mudah begitu saja aku memahaminya. Aku harus susah payah menyimak dia bercerita dalam racauan, dan kemudian kutelaah sendiri apa maknanya.

Ibu Bintang Putih, dulu pernah bilang bahwa “siplah” kalau kita2 bisa memperkerjakan orang-orang seperti itu. Setelah bersitatap Bu Bintang sudah bisa menebak. “Ga…anak ini asyik”. …hmm…ya Bu Am….”asyik”.
Itu sekelumit tentangnya.


Sore tadi aku sedang berbincang dengan teman. Mbak Y biasa kerja ini itu. Semua berjalan seperti biasa. Menjelang jam 5 sore, dia memanggilku, disuruh melihat monitor, tulisan yang dia ketik-kan.
“Saya minta gajiku, saya tidak mau kerja disini lagi, karena ..bla..bla..bla…”
Kutanya “Lho kenapa mbak?”….”Berapa gajinya?”
Dia ketik lagi….
20.0000.000
“???” aku hanya tersenyum, hmm…mahfum. Mungkin hanya omongan gak jelas seperti biasa. Tapi kulihat wajahnya garang. Mad like a hell.

“Berapa mbak…kenapa kok gitu…ada apa to?” kutanya lagi baik-baik. Dia berdiri di kusen pintu keluar (pintu samping).


Seperti biasa kalau hendak menyampaikan sesuatu, dengan mencangklong tas, siap pulang, tapi sebelumnya melontarkan uneg-uneg dulu bercelotehan yang susah dimengerti. Lalu melesat pulang. Blass….

Oya..kemarin dia juga bersikap seperti ini…ngomel-ngomel seperti ingin membanting apa saja, ternyata dia pilih membanting pintu. Lalu ngacir. Kadang-kadang kesrimpet-srimpet. Kadang-kadang juga balik lagi dengan ghedhandhapan seperti orang kacau, ternyata ada barangnya tertinggal. Aku hanya gedheg-gedheg, menghela nafas. Whatta hell izit.

Tapi kali ini sepertinya marah besar. Uneg-uneg yang entah segala persoalan apa yang dia timbun di benaknya. Meledak. Matanya menyelidik memastikan tidak ada yang melihat.

“Cepat!!..banyak omong, cepat!!! Bayar! Semua sini uangnya!...kamu sudah bla..bla..bla.. kalau kakakku sakit gimana?!..kalau ibuku sakit gimana?!!...menejer ku merintah aku!”

“Mbak…ada apa?” kataku hanya sepatah dua patah, sementara dia nrocos ngalor-ngidul. ("Menejer????")

“Sudah cepet!!...sinih uangnya 20 juta!!!, ini semua barang-barang bawa ke tempatku… kamu tidak berhak!!!..bla…bla..bla…bla!! itu si gundul kepala kecil, si bebek goreng..bla..bla..!!

“Lho..mbak ..tenang..ada apa …sik to…duduk, jelaskan ada apa?, maksudnya apa…siapa itu?”

Matanya nanar menelusuri sekeliling mencari benda untuk dilempar. Spidol dipegang lalu dilempar ke arahku. Lagi, diambil, dilepar lagi ke badanku. Setelah itu dipukul-pukul bahuku. Dengan kekuatan penuh, plus marah. Belum puas, diambilnya selongsong kardus bekas roll plastik. Dipukul-pukulkan ke lenganku berkali-kali. Kalap.

“Ya sudah…berapa mbak..?, aku harus bayar berapa?”

Kuambil dompet, masih kucoba bersabar. Kuulurkan beberapa lembar lima puluh ribuan. Tapi direbutnya sampai jatuh berceceran. Lalu dipungutinya.

“20 juta!!!! Dan semua barangmu bawa ke tempatku!!! Jangan banyak omong!!..bla..!!..bla!..bla!!” matanya memerah (like a bat outta hell).

Hmm…jawaban sinting…dan aku tahu dia sedang benar-benar sinting!!! Entah apa yang ada di otaknya.

“Heeii!!!!...kamu tuh ngomong apa ha!!!??..maksudmu tuh apa!!.. ngomong yang jelas!!, aku tu nggak pernah begini..ngerti ndak!!..tapi kamu selalu nrocos ndak karu-karuan…aku juga bisa marah!!!...sekarang maksudmu apa?..yang kamu pikir itu apa!!?? siapa orang-orang itu!?? Bebek goreng, setan gundul, mereka tuh siapa?? punya nama….NAMAAA....NGERTII??!!”

Aku ikut bludreg, badanku sedikit gemetar menahan amarah rayuan syaitan. Bukan tipeku muring-muring seperti ini.

“Kamu bla…bla..bla.!!!...semoga Tuhan membalas mu!!” setelah nrocos lagi, lalu ngacir..blasss!!!

“Hhhh…”

(Tangan kiriku masih memar dan sedikit ngilu, tadi terkena hantaman selongsong kardus bekas plastik roll)

.
posted by Nuga @ 1/14/2009 08:41:00 pm

9 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home

 
My Photo
Name:
Location: Semarang, Jawa Tengah, Indonesia

I'm just an ordinary person

Previous Posts
Silahkan Di ISI



  • Status : NuGa
    Visit the Site
    My Link Banner



    eXTReMe Tracker



    Youahie