TAWAKAL
Wednesday, 10 December 2008
.
Kelembutan pagi hari..
Yang diselimuti senda, tawa, manja dan canda..
Yang dipeluk suka cita dan riang gembira..
Di padang ilalang gembala tlah sirna dikerja surya.
Kehangatan siang hari..
Yang dibalut haus dan dahaga..
Dan lapisi cinta serta kembara..
Yang diiputi angan dan legenda..
Keteduhan sore hari terdampar di depan mata.
Tapi aku enggan kemana-mana..
Meski hanya untuk sekedar mengarang kisah dan cerita..
Selain tinggal menyiapkan sisa-sisa usia..
Dalam munajat aku menunggu dengan pasrah.
Kawan..adakah yang melukiskan temaram senja.
Sebelum malam tiba?...
Biar matahari belum juga tenggelam..
Aku mencari bayang-bayang surgawi.
Kutegarkan hasrat hati...
Disetiap lelap malam kutundukkan wajahku..
Dan kusandarkan semua urusanku kepada-Mu..
Dimanapun Engkau tetap kuimani.
Bagaimanapun Engkau selalu kuyakini...
Lalu ku baca lagi isi kalam-Mu..
Di hatiku kusimpan teka teki Dzat-Mu..
Bagaimana aku hendak menatap wajah-Mu..
Agar aku bisa menggapai hakikat-Mu.
Dan bertawakkallah kepada Allah, dan cukuplah Allah sebagai wakil. (Annisa’81)
Yang diselimuti senda, tawa, manja dan canda..
Yang dipeluk suka cita dan riang gembira..
Di padang ilalang gembala tlah sirna dikerja surya.
Kehangatan siang hari..
Yang dibalut haus dan dahaga..
Dan lapisi cinta serta kembara..
Yang diiputi angan dan legenda..
Keteduhan sore hari terdampar di depan mata.
Tapi aku enggan kemana-mana..
Meski hanya untuk sekedar mengarang kisah dan cerita..
Selain tinggal menyiapkan sisa-sisa usia..
Dalam munajat aku menunggu dengan pasrah.
Kawan..adakah yang melukiskan temaram senja.
Sebelum malam tiba?...
Biar matahari belum juga tenggelam..
Aku mencari bayang-bayang surgawi.
Kutegarkan hasrat hati...
Disetiap lelap malam kutundukkan wajahku..
Dan kusandarkan semua urusanku kepada-Mu..
Dimanapun Engkau tetap kuimani.
Bagaimanapun Engkau selalu kuyakini...
Lalu ku baca lagi isi kalam-Mu..
Di hatiku kusimpan teka teki Dzat-Mu..
Bagaimana aku hendak menatap wajah-Mu..
Agar aku bisa menggapai hakikat-Mu.
Dan bertawakkallah kepada Allah, dan cukuplah Allah sebagai wakil. (Annisa’81)
posted by Tyas
5 Comments:
At 10 December, 2008 21:21 , Anonymous said...
Puisi yang indah, kepasrahan seorang hamba yang benar-benar berserah diri kepada yang Maha Kuasa..
Sukses tyas... semangat ya..
At 10 December, 2008 22:07 , Amalia Hazen said...
penyerahan diri yang telah benar, menimbulkan kekuatan untuk terus menyongsong fajar... dan ternyata sinar pagi masih kau nikmati..
Tuhan inginkan kita untuk merasakan, agar keyakinan itu tidak terlepas sekejappun..
At 11 December, 2008 13:18 , Anonymous said...
Syair yg begitu indah, dan memang seharusnya hanya kepada-Nya lah kita bersandar dalam segala urusan. sukses buat Tyas..
At 12 December, 2008 12:22 , Anonymous said...
Kegelisahan hidup itu perlu, bahkan harus. Karena gelisah itu berkah. Waspadalah bagi yg tidak pernah gelisah. Salam bg semua.. :-)
At 12 December, 2008 14:31 , Anonymous said...
Membaca tulisan ini:
Tapi aku enggan kemana-mana..
Meski hanya untuk sekedar mengarang kisah dan cerita..
Selain tinggal menyiapkan sisa-sisa usia..
Dalam munajat aku menunggu dengan pasrah
Kita memang harus menyiapkan bekal dengan sisa usia kita....
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home