Ibu
Ribuan kilo jalan yang kau tempuh
Ingin kudekat dan menangis di pangkuanmu
Sampai aku tertidur, bagai masa kecil dulu
(Lirik Lagu & vocal : Iwan Fals)
Pilu hati ini saat membaca lirik lagu diatas, lirik lagu yang diciptakan oleh salah satu legendaris tanah air..( Virgiawan Listianto yang akrab dipanggil Iwan Fals ) kudengarkan berulang-ulang, tanpa terasa pipiku basah oleh air mata.
Lagu itu membawa anganku berfikir tentang sosok wanita yang mengagumkan, wanita yang bijak dan bersahaja. Aku biasa memanggilnya bunda... Meski belum begitu lama aku kenal dan baru beberapa kali kudengar suaranya...tapi rasanya begitu dekat dihati …Malam itu aku merasa tersanjung dan sangat bahagia karena bisa kudengar suara bunda.. Meski hanya via telepon, tapi kehangatan kasih sayangnya dapat kurasakan... Sebagaimana biasa hal yang ditanyakan adalah kabar kami sekeluarga, teriring sebuah doa dan harapan agar kami semua senantiasa sehat wal afiat dan bahagia.
Bunda ... Engkau adalah wanita yang tegar, lugu, tetapi sangat bersahaja... Bagaimana caranya agar aku dapat ungkapkan kekagumanku padamu bunda.... Bolehkan aku pinjam buku harianmu.. Agar aku bisa tegar dan bijak sepertimu... Aku ingin bercerita banyak kepadamu, cerita tentang kerinduanku pada Ibuku, tentang cintaku pada putramu... dan tentang kehidupanku..
Meski saat ini aku bukanlah siapa-siapa tetapi berikan aku kesempatan untuk melihatmu tersenyum, Ijinkan aku menangis di pelukanmu.. Tolong bimbinglah aku supaya bisa menjadi istri yang berbakti, istri yang tegar dan tulus untuk putramu...
Dimataku ... Bunda adalah wanita super-mom, kerendahan hati dan kebesaran jiwanya adalah teladan.. sosoknya tak mungkin bisa tergantikan... Perjuangan, ketulusan dan keikhlasannya dilakukan semata-mata untuk anak-anak dan keluarganya. Dengan sentuhan halus dan belaian lembutnya anak-anak tumbuh dewasa. Do’anya selalu mengiringi langkah anak-anaknya.. Tapi pernahkah kita berfikir apa yang telah kita lakukan untuk bunda?.. Sudahkah kita bisa membahagiakannya?. Kadang kita lupa bahwa tanpa bunda kita ini bukan siapa-siapa...
Seperti yang pernah kubaca dalam sebuah buku bahwa ”Surga dibawah telapak kaki Ibu”
Dari Abu Hurairah ra, ia menceritakan, suatu hari ada seorang yang datang kepada Nabi Muhammad SAW seraya bertanya: "Wahai Rasulullah, siapa orang yang paling berhak saya perlakukan dengan baik?" Rasulullah menjawab: "Ibumu!" Orang itu bertanya lagi: "Lalu siapa?" "Ibumu!" jawab Beliau. "Lalu siapa lagi, ya Rasulullah?" tanya orang itu. Beliaupun menjawab "Ibumu!" Selanjutnya orang itu bertanya lagi: "Lalu siapa?" Beliau menjawab: "Ayahmu."
Seorang Ibu tak pernah mengharap balas dari anak-anaknya, tapi sudah menjadi kewajiban kita untuk memuliakan Ibu kita.. meskipun memuliakan Ayah juga wajib.. Aku hanyalah wanita lemah yang merindukan kasih sayang seorang Ibu. Ibuku telah berpulang 6 tahun yang lalu karena sakit yg di deritanya.
Bunda... teruslah berjuang..yakinlah bahwa dengan kesabaran dan kerja keras pada akhirnya akan berbuah manis...Aku dan anak-anakmu sangat menyayangi bunda... bersyukur atas moment indah malam itu... do’aku untuk bunda semoga Allah SWT memberikan segala kebaikan-Nya kepada Bunda... Amin...
( Tulisan ini didedikasikan untuk Bunda, sosok yang sederhana, tetapi sangat bersahaja dan mumpuni )
5 Comments:
At 01 December, 2008 21:43 , Anonymous said...
Appreciate untuk tulisan ini.. lautan terima kasih rasanya tak cukup untuk menebus segala perhatianmu...LUSM
At 01 December, 2008 21:52 , Anonymous said...
ikut salut buat kedua orang yang begitu hebat, saling mengagumi dan saling menyayangi, walau jabat tangan belum terjadi.. namun kehangatan pelukan kasih sayang telah dirasa...
semoga dan semogaaa
At 02 December, 2008 07:29 , Anonymous said...
Sangat bagus, pilihan kalimatnya mampu menggetarkan hati untuk selalu memuliakan Ibu kita.. Aprreciate kepada penulisnya..
At 02 December, 2008 10:20 , Anonymous said...
Tulisan ini kereen abis,, lagunya juga..pass dengan topiknya,,, sukses buat penulisnya...
At 02 December, 2008 16:00 , Arief Firhanusa said...
Menulis dengan roh, memahat dengan nyawa. Ini yang dilakukan tyas sesaat sebelum jemarinya mengetuk tuts.
Ibu bukanlah topik yang klise, sebab ia ada di sepanjang masa dan waktu, di segenap ruang dengan dan hampa udara.
Salut untuk mengangkatnya kembali dalam himpunan mozaik dan puzzle yang indah. Saya kira, ini bukan sekadar tarian kata, melainkan penuh referensi dan cinta.
Salam.
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home