SITER, PENGIRING MAKAN SIANG
Saturday, 13 December 2008
Siang itu , aku dan teman-teman-kantor berencana makan siang diluar, bingung mencari tempat makan sekaligus makan apa siang ini, karena hampir semua tempat makan sudah pernah disambangi..setelah keluar kantor ternyata udara diluar panasnya sangat menyengat, akhirnya aku dan teman-teman makan di warung langganan belakang kantor... Seperti biasa menu andalannya (ini menjiplak bahasa mas Nuga) adalah ayam bakar dan udang goreng tepung,,,,hmmm.... yummmi..tapi untuk mendapatkan menu itu juga tidak gampang karena harus antri panjang...
Sembari nunggu menu yang dipesan, aku dan teman-teman memesan minuman dingin. Hari–hari sebelumnya diwarung ini biasanya dihibur oleh pemusik jalanan, tapi kali ini beda. Aku melihat rombongan pengamen membawakan tembang jawa dengan diiringi alat musik siter (gitar khas Jawa), aku memang kurang paham makna tembang yang dibawakannya tetapi tembang itu sungguh enak di dengar dan cukup familiar di telingaku, dan kebetulan aku suka sesuatu yang bernuansa klasik.. karena klasik itu indah....
Dari cerita Eyang aku tau dan mendengar kesenian tradisional siteran yang pernah berkembang subur, alunan dawainya menyejukkan hati, siter meskipun dimainkan dalam nada cepat ataupun lembut, Irama yang dihasilkan seakan membuai dan memberi kesan damai pada orang yang mendengarnya. Bahkan bagi penggemar siter, suara yang dihasilkan alat musik ini sangat melodius dan bernuansa mistis.
Namun seni siter perlahan mulai pudar. Seiring berjalannya waktu dan perkembangan zaman serta pengaruh budaya barat yang perlahan-lahan mulai mengikis kebudayaan bangsa kita..Kini mungkin tinggal beberapa orang saja yang masih mau berprofesi sebagai pesinden siteran. Penikmat seni siteran pun semakin terkikis...anak-anak remaja sekarang lebih menyukai musik ber gen-re Metal, Rock, ataupun R & B karena takut dikatakan ndeso atau kampungan...
Rombongan ini hanya ngamen dari satu tempat ke tempat lainnya, tiap hari berkeliling, untuk menopang kehidupan ekonomi keluarga,
"Ini hanya contoh kecil dan satu-satunya cara menunjukkan kepada masyarakat, bahwa Siteran masih ada. Tapi, beginilah nasib kesenian yang mereka geluti.. ibaratnya hidup enggan mati tak mau. "Siteran lebih menonjolkan estetika dalam berkesenian, dan tak pernah dibalut oleh gemerlap kemewahan ”
Eyang, dan Papa mengaku pernah gandrung dengan kesenian siteran, mereka sering merindukan dan nanggap musik siteran baik yang ada atau tidak ada pesindennya. Keindahan pada bait-bait tembangnya dan kesyahduan suara khas siter dibawakan dengan suasana guyub. Mereka saling menjaga satu dan lainnya, terutama terhadap pesindennya. Ini mencerminkan bahwa nuansa dan rasa persaudaraan yang menjadi ciri khas seni siteran.
Ironisnya kini tak ada lagi generasi yang tersisa, yang mau dan akan melanjutkan seni siteran, siteran kini tinggalah kenangan dan cerita yang telah ditelan zaman... sudah lama hilang, dan tak ada lagi pemain siter yang masih eksis.
Matinya Siteran karena kedudukan pesinden tidak bisa digantikan. "Yang bisa menggantikan hanya para sinden wayang. Itu pun jumlahnya sangat terbatas, sedangkan seorang sinden tayub sekalipun takkan mampu menembang di Siteran,"
Pesan moral dari tulisan ini adalah : Siter adalah salah satu kebudayaan yang seharusnya dilestarikan keberadaannya, kalau orang bule saja tertarik memainkan alat musik ini...kenapa bangsa kita sendiri enggan... Apakah pada akhirnya kita juga harus mengimpor guru siter dari manca negara ??
Sembari nunggu menu yang dipesan, aku dan teman-teman memesan minuman dingin. Hari–hari sebelumnya diwarung ini biasanya dihibur oleh pemusik jalanan, tapi kali ini beda. Aku melihat rombongan pengamen membawakan tembang jawa dengan diiringi alat musik siter (gitar khas Jawa), aku memang kurang paham makna tembang yang dibawakannya tetapi tembang itu sungguh enak di dengar dan cukup familiar di telingaku, dan kebetulan aku suka sesuatu yang bernuansa klasik.. karena klasik itu indah....
Dari cerita Eyang aku tau dan mendengar kesenian tradisional siteran yang pernah berkembang subur, alunan dawainya menyejukkan hati, siter meskipun dimainkan dalam nada cepat ataupun lembut, Irama yang dihasilkan seakan membuai dan memberi kesan damai pada orang yang mendengarnya. Bahkan bagi penggemar siter, suara yang dihasilkan alat musik ini sangat melodius dan bernuansa mistis.
Namun seni siter perlahan mulai pudar. Seiring berjalannya waktu dan perkembangan zaman serta pengaruh budaya barat yang perlahan-lahan mulai mengikis kebudayaan bangsa kita..Kini mungkin tinggal beberapa orang saja yang masih mau berprofesi sebagai pesinden siteran. Penikmat seni siteran pun semakin terkikis...anak-anak remaja sekarang lebih menyukai musik ber gen-re Metal, Rock, ataupun R & B karena takut dikatakan ndeso atau kampungan...
Rombongan ini hanya ngamen dari satu tempat ke tempat lainnya, tiap hari berkeliling, untuk menopang kehidupan ekonomi keluarga,
"Ini hanya contoh kecil dan satu-satunya cara menunjukkan kepada masyarakat, bahwa Siteran masih ada. Tapi, beginilah nasib kesenian yang mereka geluti.. ibaratnya hidup enggan mati tak mau. "Siteran lebih menonjolkan estetika dalam berkesenian, dan tak pernah dibalut oleh gemerlap kemewahan ”
Eyang, dan Papa mengaku pernah gandrung dengan kesenian siteran, mereka sering merindukan dan nanggap musik siteran baik yang ada atau tidak ada pesindennya. Keindahan pada bait-bait tembangnya dan kesyahduan suara khas siter dibawakan dengan suasana guyub. Mereka saling menjaga satu dan lainnya, terutama terhadap pesindennya. Ini mencerminkan bahwa nuansa dan rasa persaudaraan yang menjadi ciri khas seni siteran.
Ironisnya kini tak ada lagi generasi yang tersisa, yang mau dan akan melanjutkan seni siteran, siteran kini tinggalah kenangan dan cerita yang telah ditelan zaman... sudah lama hilang, dan tak ada lagi pemain siter yang masih eksis.
Matinya Siteran karena kedudukan pesinden tidak bisa digantikan. "Yang bisa menggantikan hanya para sinden wayang. Itu pun jumlahnya sangat terbatas, sedangkan seorang sinden tayub sekalipun takkan mampu menembang di Siteran,"
Pesan moral dari tulisan ini adalah : Siter adalah salah satu kebudayaan yang seharusnya dilestarikan keberadaannya, kalau orang bule saja tertarik memainkan alat musik ini...kenapa bangsa kita sendiri enggan... Apakah pada akhirnya kita juga harus mengimpor guru siter dari manca negara ??
Posted by Tyas
10 Comments:
At 13 December, 2008 16:32 , Anonymous said...
Artikel yang sangat bagus..
Tyas semakin keratif dalam merangkai kalimat di setiap tulisannya, alur cerita dan kosa katanya yang sederhana tapi mudah dipahami, serta karena kreatifnya tyas meluangkan waktu untuk menyampaikan pesan moral kepada para pembaca..
Appreciate untuk tulisan ini, buat Tyas teruslah menulis...salam
At 13 December, 2008 16:47 , Anonymous said...
Siter kalau orang sunda menyebutnya kecapi.. musik siter atau kecapi sudah jarang ditemui, padahal benar kata Tyas dalam tulisan ini bahwa siter itu alunan dawainya sangat indah..
Setuju Tyas.. mari kita lestarikan budaya siter..and tetap semangat ya De'
At 13 December, 2008 16:53 , Anonymous said...
Akan lebih indah jika "musisi jalanan" negeri ini turut "nguri-uri kabudayan negeri". Ber-inovasi dg alat musik tradisional, tidak sekedar "genjrang-genjreng" yang kadang hanya membuat emosi.
Alangkah bijak apabila kita terbiasa sedia payung sebelum hujan, bukannya panik bikin gethek ketika banjir.
At 13 December, 2008 21:58 , Anonymous said...
Setuju, mari kita lestarikan budaya tradisional di negeri ini, jangan sampai diakui bangsa laen..
At 14 December, 2008 07:48 , Anonymous said...
Siter..alat musik yang punya ciri khas,,sangat sederhana bernuansa klasik dan sangat njawani..alunanya menyentuh hati.
Siter memang sudah jarang ditemui apalagi di jakarta.. sukses buat penulisnya... mari kita jaga budaya bangsa kita..
At 15 December, 2008 11:04 , Anonymous said...
Siter.. riwayatmu dulu, sangat menyedihkan karena anak2 negeri ini lebih bangga dengan budaya barat dan itu memalukan..
Monggo sami nguri-uri Kabudayan Negeri: siter, wayang, kentrung lan sanesipun,,,
At 15 December, 2008 22:33 , Anonymous said...
Tyas jeli ya.., kita2 yg di jawa aja udah gak liat lagi yg namanya siter..
Ajakan yang baik... untuk melestarikan budaya kita.
At 19 December, 2008 16:14 , goresan pena said...
Tuhan ada, dimana-mana...
kapan saja..
tak perlu menunggu senja..
At 20 March, 2009 15:54 , Anonymous said...
tyas... keren nih artikelny
dlu gw pernh dengerin musik siter...bagus bgt malah smpt goyang2 gtu.....
hidup kesenian Jawa.....
At 08 February, 2010 19:35 , Anonymous said...
saya mau cerita saja sedikit tentang siter..
saya jatuh cinta pada gamelan jawa
dan khususnya alat musik siter..
ini lalat musik yang praktis
udah ada kotaknya
bisa di bawa kemana aja.
tapi yang istimewa alat musik ini sederhana namun indah
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home