Ma’rifatullah berasal dari kata ma’rifah dan Allah. Ma’rifah artinya mengetahui, mengenal. Mengenal Allah bukan melalui zat Allah tetapi mengenal-Nya lewat tanda-tanda kebesaran-Nya (ayat-ayat-Nya).
Pentingnya Mengenal Allah Seseorang yang mengenal Allah pasti akan tahu tujuan hidupnya, tujuan mengapa ia diciptakan (QS.52:56) dan tidak tertipu oleh dunia. Sebaliknya orang yang tidak mengenal Allah akan menjalani hidupnya untuk dunia saja (QS.47:12).
Ma’rifatullah merupakan ilmu yang tertinggi yang harus dipahami manusia (QS.6:122). Hakikat ilmu adalah memberikan keyakinan kepada yang mendalaminya. Ma’rifatullah adalah ilmu yang tertinggi, sebab jika dipahami akan memberikan keyakinan mendalam. Memahami ma’rifatullah juga akan mengeluarkan manusia dari kegelapan kebodohan kepada cahaya hidayah yang terang (QS.6:122).
.
Hal-hal yang menghalangi Ma’rifatullah :
Kesombongan (QS.7:146, 25:21). Sebagaimana lazimnya orang yang sombong yang tidak mau mengenal sesamanya, begitu pula manusia yang sombong terhadap Rabbnya, yang enggan berhubungan dengan-Nya.
Zalim (QS.4:153). Perbuatan zalim yang besar, menyebabkan Allah mengunci hati manusia. Padahal lewat hati inilah Allah memberikan hidayah-Nya. Sedangkan awal hidayah seseorang ialah mengenal hakikat-Nya lagi.
Bersandar pada panca indera (QS.2:55). Mereka tidak beriman kepada Allah dengan dalih tidak bisa melihat Allah, padahal banyak sesuatu yang tidak bisa mereka lihat, tapi mereka yakin keberadaannya, seperti gaya gravitasi bumi, arus listrik, akalpikiran, dsb.
Dusta (QS.7:176). Lazimnya seorang yang dusta, yang tidak sama antara hati dan ucapannya,perbuatannya. Begitu pula manusia yang berdusta terhadap Allah. Sebenarnya hati mengakui keberadaan Allah, namun hawa nafsunya menolak dan mengajaknya berdusta.
Membatalkan janji dengan Allah (QS.2:26-27)
Lalai (QS.21:1-3)
Banyak berbuat maksiat. Satu perbuatan maksiat bagaikan satu titik noda hitam yang mengotori hati manusia. Bila manusia banyak berbuat maksiat sedangkan ia tidak bertaubat, niscaya hati tersebut akan tertutup noda-noda hitam hingga menghalangi masuknya hidayah Allah.
Ragu-ragu (QS.6:109-10)
Semua sifat di atas merupakan bibit-bibit kekafiran kepada Allah yang harus dibersihkan dari hati. Sebab, kekafiranlah yang menyebabkan Allah mengunci mati, menutup mata dan telinga manusia serta menyiksa mereka di neraka (QS.2:6-7).
Orang yang mengenali Allah dengan benar adalah orang yang mampu mewarnai dirinya dengan segala macam bentuk ibadah. Kita akan mendapatinya sebagai orang yang rajin shalat, pada saat lain kita dapati ia senantiasa berdzikir, tilawah, pengajar, mujahid, pelayan masyarkat, dermawan, dst. Tidak ada ruang dan waktu ibadah kepada Allah, kecuali dia ada di sana. Dan tidak ada ruang dan waktu larangan Allah kecuali ia menjauhinya.
Ada sebagian ulama yang mengatakan : “Duduk di sisi orang yang mengenali Allah akan mengajak kita kepada enam hal dan berpaling dari enam hal, yaitu : dari ragu menjadi yakin, dari riya menjadi ikhlash, dari ghaflah (lalai) menjadi ingat, dari cinta dunia menjadi cinta akhirat, dari sombong menjadi tawadhu’ (randah hati), dari buruk hati menjadi nasehat”
Ma’rifatullah adalah puncak kesadaran yang akan menentukan perjalanan hidup manusia selanjutnya. Karena ma’rifatullah akan menjelaskan tujuan hidup manusia yang sesungguhnya. Ketiadaan ma’rifatullah membuat banyak orang hidup tanpa tujuan yang jelas, bahkan menjalani hidupnya sebagaimana makhluk hidup lain (binatang ternak). QS.47:12
Ma’rifatullah adalah asas (landasan) perjalanan ruhiyyah (spiritual) manusia secara keseluruhan. Seorang yang mengenali Allah akan merasakan kehidupan yang lapang. Ia hidup dalam rentangan panjang antara bersyukur dan bersabar.
Orang yang mengenali Allah akan selalu berusaha dan bekerja untuk mendapatkan ridha Allah, tidak untuk memuaskan nafsu dan keinginan syahwatnya.
Dari Ma’rifatullah inilah manusia terdorong untuk mengenali para nabi dan rasul, untuk mempelajari cara terbaik mendekatkan diri kepada Allah. Karena para Nabi dan Rasul-lah orang-orang yang diakui sangat mengenal dan dekat dengan Allah.
Dari Ma’rifatullah ini manusia akan mengenali kehidupan di luar alam materi, seperti Malaikat, jin dan ruh.
Dari Ma’rifatullah inilah manusia mengetahui perjalanan hidupnya, dan bahkan akhir dari kehidupan ini menuju kepada kehidupan Barzahiyyah (alam kubur) dan kehidupan akherat.
Sarana yang mengantarkan seseorang pada ma’rifatullah adalah :
Sabda Nabi : “Berfikirlah tentang ciptaan Allah dan janganlah kamu berfikir tentang Allah, karena kamu tidak akan mampu” HR. Abu Nu’aim
Mengenali asma (nama) dan sifat Allah disertai dengan perenungan makna dan pengaruhnya bagi kehidupan ini menjadi sarana untuk mengenali Allah. Cara inilah yang telah Allah gunakan untuk memperkenalkan diri kepada makhluk-Nya. Dengan asma dan sifat ini terbuka jendela bagi manusia untuk mengenali Allah lebih dekat lagi. Asma dan sifat Allah akan menggerakkan dan membuka hati manusia untuk menyaksikan dengan seksama pancaran cahaya Allah.
.
Keindahan Al-Qur’an (QS.2:23) - Pemberitahuan tentang umat yang lampau (QS.9:70) - Pemberitahuan tentang kejadian yang akan datang (QS.30:1-3, 8:7, 24:55) .
Lewat memahami Asma’ul Husna
**
Buah Ma'rifatullah
Seorang ahli ibadah akan optimis dalam hidupnya. Ia optimis bahwa Allah akan menolong dan mengarahkan hidupnya.
Semua yang ada di alam ini mutlak ada dalam kekuasaan Allah. Ketika melihat fenomena alam, idealnya kita bisa ingat kepada Allah. Puncak ilmu adalah mengenal Allah (ma'rifatullah). Kita dikatakan sukses dalam belajar bila dengan belajar itu kita semakin mengenal Allah. Jadi percuma saja sekolah tinggi, luas pengetahuan, gelar prestisius, bila semua itu tidak menjadikan kita makin mengenal Allah.
Mengenal Allah adalah aset terbesar. Mengenal Allah akan membuahkan akhlak mulia. Betapa tidak, dengan mengenal Allah kita akan merasa ditatap, didengar, dan diperhatikan selalu. Inilah kenikmatan hidup sebenarnya. Bila demikian, hidup pun jadi terarah, tenang, ringan, dan bahagia. Sebaliknya, saat kita tidak mengenal Allah, hidup kita akan sengsara, terjerumus pada maksiat, tidak tenang dalam hidup, dan sebagainya.
Ciri orang yang ma'rifat adalah laa khaufun 'alaihim wa lahum yahzanuun. Ia tidak takut dan sedih dengan urusan duniawi. Karena itu, kualitas ma'rifat kita dapat diukur. Bila kita selalu cemas dan takut kehilangan dunia, itu tandanya kita belum ma'rifat. Sebab, orang yang ma'rifat itu susah senangnya tidak diukur dari ada tidaknya dunia. Susah dan senangnya diukur dari dekat tidaknya ia dengan Allah. Maka, kita harus mulai bertanya bagaimana agar setiap aktivitas bisa membuat kita semakin kenal, dekat dan taat kepada Allah.
Salah satu ciri orang ma'rifat adalah selalu menjaga kualitas ibadahnya. Terjaganya ibadah akan mendatangkan tujuh keuntungan hidup. Pertama, hidup selalu berada di jalan yang benar (on the right track). Kedua, memiliki kekuatan menghadapi cobaan hidup. Kekuatan tersebut lahir dari terjaganya keimanan. Ketiga, Allah akan mengaruniakan ketenangan dalam hidup. Tenang itu mahal harganya. Ketenangan tidak bisa dibeli dan ia pun tidak bisa dicuri. Apa pun yang kita miliki, tidak akan pernah ternikmati bila kita selalu resah gelisah.
Keempat, seorang ahli ibadah akan selalu optimis. Ia optimis karena Allah akan menolong dan mengarahkan kehidupannya. Sikap optimis akan menggerakkan seseorang untuk berbuat. Optimis akan melahirkan harapan. Tidak berarti kekuatan fisik, kekayaan, gelar atau jabatan bila kita tidak memiliki harapan. Kelima, seorang ahli ibadah memiliki kendali dalam hidupnya, bagaikan rem pakem dalam kendaraan.
Setiap kali akan melakukan maksiat, Allah SWT akan memberi peringatan agar ia tidak terjerumus. Seorang ahli ibadah akan memiliki kemampuan untuk bertobat. Keenam, selalu ada dalam bimbingan dan pertolongan Allah. Bila pada poin pertama Allah sudah menunjukkan jalan yang tepat, maka pada poin ini kita akan dituntun untuk melewati jalan tersebut. Ketujuh, seorang ahli ibadah akan memiliki kekuatan ruhiyah, tak heran bila kata-katanya bertenaga, penuh hikmah, berwibawa dan setiap keputusan yang diambilnya selalu tepat.
Untuk menjadi ahli ibadah kita bisa menumbuhkan ACM (Aku Cinta Masjid).Seorang Muslim dengan masjid bagikan ikan dengan air. Tidak mungkin seorang Muslim tidak betah di masjid. Diragukan keimanannya bila ia tidak akrab dengan masjid. Ikhtiar menumbuhkan kecintaan terhadap shalat dan masjid adalah dengan berusaha shalat tepat waktu, di masjid dan dilakukan secara berjamaah. Cara paling mudah untuk melaksanakannya adalah dengan datang lebih awal ke masjid untuk menunggu shalat.
Saudaraku, di tengah kondisi yang semakin sulit, tidak ada yang bisa menolong kita selain Allah SWT. Salah satu ikhtiar untuk menggapai pertolongan Allah dengan meningkatkan pengenalan kita kepada Allah. Cara menggapainya adalah dengan ibadah secara istikamah.
. Hmm…. Entah kenapa aku ingin menulis hal-hal yang terjadi hari ini. Ada 2 kisah sehari ini yang cukup aneh.
Fenomena Pagi (Seorang Ibu termehek-mehek minta bantuan biaya pulang)
Pagi-pagi baru saja kubuka pintu toko, belum ada customer. Aku kedatangan seorang ibu-ibu. Rambut sudah memutih ubanan, berpakaian lusuh, muka seperti dua hari tidak tersentuh air. Pintu kaca itu dibuka sedikit, badannya separo masuk, lalu tau-tau nangis, memohon-mohon bantuan.
“Dek…permisi dek….tolong mak..de’, mak cari-cari anak mak tak ketemu dek. Dia pergi dari rumah sejak dua hari lalu….mak cari-cari…..Yaa Tuhan.. Oh…Tolong mak dek..hoaaaaa....” Ibu berlogat Jakarta itu tiba-tiba menangis.
“???....” aku terkesiap sejenak. Dalam benakku….Ah…Alhamdulillah…Yaa Allah telahkah Kau kirim seseorang untuk kujadikan ladang amal? Hmm…
“Mak hanya pengen pulang dek…tolonglah dek….mak pengen ke Stasiun Poncol, lalu naik kereta yang murah, turun Pasar Senen..habis itu sudah dek, mak bisa pulang ke rumah…tolonglah dek..”
“Bukan uangnya dek, tapi kebaikan hati adek….supaya Tuhan membalasnya dek tolong, puji Tuhan” ibu ala Oma-oma ini termehek-mehek sambil menjelaskan masalahnya.
“Ehm…mari..bu..sini,.masuk …masuk saja ndak papa,….duduk sini…silahkan” Kupersilahkan duduk, kuperhatikan dia tampak sungkan, lemas dan gemetar seperti belum kemasukan makanan. “Ibu di sini tinggal dimana..?”… “Mak..tak ada siapa-siapa dek…tolong mak dek” “Iya…uhmm…alamat ibu di Jakarta dimana?” “Oya nama ibu siapa” “Sumiyati dek…Jalan Pisang Ambon 285 Tangerang” “Oh…terus ibu pengen pulang? Naik apa ke stasiun?” “Mak tak apa-apa jalan saja ke Poncol…dek…biar mak tunggu kereta disana karena hari-hari ini, hujan terus, mak minta alamat adek nanti mak kirim surat, atau mak ganti uang adek…bagi mak bukan uangnya dek…..mak disana jual ayam goreng, 60 potong mak tinggalkan cari anak mak”
Aku catat alamatnya di secarik kertas. Lalu ku telfon seseorang di Jakarta (my beloved) hanya sekedar sharing dan info tentang apa yang sedang kuhadapi. Aku ingin dia juga dengar. Lalu kuserahkan telfon supaya ibu itu ngobrol sendiri. Kuperhatikan tangan ibu itu gemetaran. Kubaca bahasa tubuhnya. Lalu diserahkan kembali HP ku.
“Dek…kalau adek tidak bisa..tidak apa-apa dek…mak minta kebaikan hati adek.” “Berapa ongkos keretanya bu?” “Kereta ekonomi sekian puluh ribu dek….” “Oh…jadi saya antar ibu ke Poncol saja ya….sampai naik kereta? Kereta jam berapa?” “Ah..jangan dek…mak minta kebaikan adek saja…mak naik mobil saja di depan situ”
Hm….Aku mulai curiga, ini semacam tipu-tipu. Katanya jalan pisang ambon bukan di Tangerang. Hhh….. aku agak bimbang, kenapa tak mau kuantar. Kalau ini beneran, sebenarnya akan kututp toko lalu kuantar ibu itu ke Poncol. Akhirnya aku aku masuk sebentar lalu kulipat selembar uang kertas, lalu kuserahkan padanya.
“Ini bu….saya hanya bisa kasih ini sekedarnya…” “dek..puji Tuhan… Terima kasih dek…semoga Tuhan yang membalas adek..” “Aah…” .
Fenomena Sore “MY”
Akhirnya. Kutulis juga sesuatu tentang Mbak Y ini. Setelah lama kutahan tahan akhirnya tidak tahan juga. Ini adalah puncak “kegilaan”-nya, dan juga puncak kesabaranku.
Pada dasarnya mbak Y orangnya baik, rajin ibadah, ulet, tidak malesan, mau bersih-bersih, tidak banyak neko-neko, dll. Tapi ke-apatisan-nya luar biasa. Dan satu hal, entah benar atau tidak dia semacam ada sighting atau hal-hal yang berbau cenayang. Dulu pernah diceritakan bahwa dia punya teman-teman di langit, bisa tau sesuatu lalu terjadi, bisa tau tanpa dikasih tau, mimpi ini itu, dlsb. Tentu saja tidak dengan mudah begitu saja aku memahaminya. Aku harus susah payah menyimak dia bercerita dalam racauan, dan kemudian kutelaah sendiri apa maknanya.
Ibu Bintang Putih, dulu pernah bilang bahwa “siplah” kalau kita2 bisa memperkerjakan orang-orang seperti itu. Setelah bersitatap Bu Bintang sudah bisa menebak. “Ga…anak ini asyik”. …hmm…ya Bu Am….”asyik”. Itu sekelumit tentangnya.
Sore tadi aku sedang berbincang dengan teman. Mbak Y biasa kerja ini itu. Semua berjalan seperti biasa. Menjelang jam 5 sore, dia memanggilku, disuruh melihat monitor, tulisan yang dia ketik-kan. “Saya minta gajiku, saya tidak mau kerja disini lagi, karena ..bla..bla..bla…” Kutanya “Lho kenapa mbak?”….”Berapa gajinya?” Dia ketik lagi…. 20.0000.000 “???” aku hanya tersenyum, hmm…mahfum. Mungkin hanya omongan gak jelas seperti biasa. Tapi kulihat wajahnya garang. Mad like a hell.
“Berapa mbak…kenapa kok gitu…ada apa to?” kutanya lagi baik-baik. Dia berdiri di kusen pintu keluar (pintu samping).
Seperti biasa kalau hendak menyampaikan sesuatu, dengan mencangklong tas, siap pulang, tapi sebelumnya melontarkan uneg-uneg dulu bercelotehan yang susah dimengerti. Lalu melesat pulang. Blass….
Oya..kemarin dia juga bersikap seperti ini…ngomel-ngomel seperti ingin membanting apa saja, ternyata dia pilih membanting pintu. Lalu ngacir. Kadang-kadang kesrimpet-srimpet. Kadang-kadang juga balik lagi dengan ghedhandhapan seperti orang kacau, ternyata ada barangnya tertinggal. Aku hanya gedheg-gedheg, menghela nafas. Whatta hell izit.
Tapi kali ini sepertinya marah besar. Uneg-uneg yang entah segala persoalan apa yang dia timbun di benaknya. Meledak. Matanya menyelidik memastikan tidak ada yang melihat.
“Cepat!!..banyak omong, cepat!!! Bayar! Semua sini uangnya!...kamu sudah bla..bla..bla.. kalau kakakku sakit gimana?!..kalau ibuku sakit gimana?!!...menejer ku merintah aku!”
“Mbak…ada apa?” kataku hanya sepatah dua patah, sementara dia nrocos ngalor-ngidul. ("Menejer????")
“Sudah cepet!!...sinih uangnya 20 juta!!!, ini semua barang-barang bawa ke tempatku… kamu tidak berhak!!!..bla…bla..bla…bla!! itu si gundul kepala kecil, si bebek goreng..bla..bla..!!
“Lho..mbak ..tenang..ada apa …sik to…duduk, jelaskan ada apa?, maksudnya apa…siapa itu?”
Matanya nanar menelusuri sekeliling mencari benda untuk dilempar. Spidol dipegang lalu dilempar ke arahku. Lagi, diambil, dilepar lagi ke badanku. Setelah itu dipukul-pukul bahuku. Dengan kekuatan penuh, plus marah. Belum puas, diambilnya selongsong kardus bekas roll plastik. Dipukul-pukulkan ke lenganku berkali-kali. Kalap.
“Ya sudah…berapa mbak..?, aku harus bayar berapa?”
Kuambil dompet, masih kucoba bersabar. Kuulurkan beberapa lembar lima puluh ribuan. Tapi direbutnya sampai jatuh berceceran. Lalu dipungutinya.
“20 juta!!!! Dan semua barangmu bawa ke tempatku!!! Jangan banyak omong!!..bla..!!..bla!..bla!!” matanya memerah (like a bat outta hell).
Hmm…jawaban sinting…dan aku tahu dia sedang benar-benar sinting!!! Entah apa yang ada di otaknya.
“Heeii!!!!...kamu tuh ngomong apa ha!!!??..maksudmu tuh apa!!.. ngomong yang jelas!!, aku tu nggak pernah begini..ngerti ndak!!..tapi kamu selalu nrocos ndak karu-karuan…aku juga bisa marah!!!...sekarang maksudmu apa?..yang kamu pikir itu apa!!?? siapa orang-orang itu!?? Bebek goreng, setan gundul, mereka tuh siapa?? punya nama….NAMAAA....NGERTII??!!”
Aku ikut bludreg, badanku sedikit gemetar menahan amarah rayuan syaitan. Bukan tipeku muring-muring seperti ini.
“Kamu bla…bla..bla.!!!...semoga Tuhan membalas mu!!” setelah nrocos lagi, lalu ngacir..blasss!!!
“Hhhh…”
(Tangan kiriku masih memar dan sedikit ngilu, tadi terkena hantaman selongsong kardus bekas plastik roll)
Aku tahu rahasia hidup ini….. Berbahagialah….. * Kalau harus tertawa, tertawalah dengan bahagia Dan jika harus menangis, menangislah dengan bahagia…. * Berbahagialah.. .. dengan yang sudah kau raih Berbahagialah… dengan yang belum kau raih * Aku tahu rahasia hidup ini….. Bahagialah di jalan terjal mendaki Bahagialah melalui semak berduri Bahagialah jika yang kau tuju Adalah kebahagiaan * * Ingatlah selalu janji Tuhan…. Akan membuat kita bahagia….. Jika kita selalu bahagia atas apapun pemberian-Nya atas apapun kehendak-Nya * Berbahagialah….. Dalam menjalankan semua perintah-Nya * Dalam naungan-Nya Jangan takut tidak bahagia Di Jalan-Nya Jangan takut tidak bahagia Demi ridha-Nya Jangan takut tidak bahagia * Berjanjilah untuk selalu bahagia….. Aku berjanji….Akan bahagia…
Tangan kiri memukul-mukul ke depan, tidak ketinggalan kakinya juga ikut menendang-nendang udara. Sementara tangan kanan tetap menggenggam ponsel menempel di telinganya.
Orang ini sejak tadi kuperhatikan, tangannya bergerak kian kemari menunjukkan berbagai pose. Kadang-kadang juga diikuti gerak tubuhnya untuk lebih mengekspresikan keasyikannya berbicara, seolah-olah berbincang dengan seseorang di sampingnya.
Tidak kita sadari, kadangkala kita berubah menjadi ‘error’ tatkala kita keasyikan berbincang via telpon. Boleh jadi kita memperagakan cara menyetir mobil terhadap seseorang di suatu tempat lengkap dengan kita bergaya memutar-mutar kemudi, lalu me-naik-turunkan kopling, injak gas rem dan sebagainya. Kita lupa, bahwa orang nun jauh di sana itu sama sekali tidak bisa melihat. Walaupun ibaratnya sampai ‘njenthit-njenthit’ atau salto sepuluh kali. Lawan bicara kita sedikitpun tidak akan paham ekspresi gerak tubuh kita. Itu pasti!
Perbuatan anggota tubuh kita melakukan semua itu adalah hal yang mubazir sebenarnya. Namun begitu sah-sah saja kita berekspresi, yang penting jangan sampai ‘mbanyaki’ sehingga menjadikan publik menganggap kita orang yang ‘tidak ganep’.
Ndak ada disini.... sini ndak ada apa-apa sekarang Lihat saja,
ini lantainya saja kotor tidak pernah disapu, debunya tebal Lihat itu temboknya grimpil, catnya juga sudah mulai pudar...
Iya, memang hanya ini perabotannya...
..dulu memang rame... Yang di bilik ini suka tertawa-tawa, bilik sebelahnya suka bernyanyi-nyanyi yang di tengah itu biasanya pada suka ngobrol kalo yang di ujung sana suka.....hm.... ah sudahlah....
Tanaman? tanaman yang mana?.. Iya, rumput itu sudah kering, dulu banyak anggrek disitu... ada mawar, ada melati juga...banyak...macam2
Sebuah berita terkini bertajuk Bencana Besar Ancam Indonesia. Geoscience Australia: Indonesia khususnya beserta negara-negara dalam gugusan asia-pasifik terancam diguncang bencana alam berskala besar (tsunami, gempa bumi, gunung meletus, angin topan) yang bisa merenggut sekitar satu juta orang.
Yang di pucuk gunung bisa mbledhos, yang di pereng bisa dikejar wedhus gembel. Yang di laut bisa karam, yang di bibir pantai bisa diterjang tsunami. Yang di angkasa bisa flying without wings. Yang di gedung-gedung bisa rubuh karena gempa, yang dalam vila di bukit-bukit bisa kena tanah longsor. Bagi yang mau ngumpet di bunker pun juga bisa dipatuk ular.
Sebuah firman Allah: “Sekiranya penduduk negeri-negeri itu beriman dan bertakwa niscaya Kami bukakan untuk mereka pintu-pintu berkah dari langit dan bumi, tetapi (sayang) mereka mendustakan (ayat-ayat Ku) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatan mereka”. (Al `A`raf 96)
Tuhan dengan para malaikatnya, tidak akan kehabisan cara, hanya untuk sekedar mengguncang jagat raya. Menyentil bumi supaya bertabrakan dengan planet-planet hingga menimbulkan ledakan dengan pijaran bunga api ala Happy New Year.
Penanganan bencana yang ter-afdol adalah, senantiasa eling lan waspodo. Eling-lah pada Sang Maha Pembuat bencana, pengatur jagat raya, penggenggam alam semesta. Insyaflah, taubatlah. Waspadalah terhadap perusakan alam, jangan sering menyakiti ibu pertiwi yang kian menua. Menggunduli mahkotanya yang ijo royo-royo. Menorehkan luka di sekujur tubuhnya dengan aneka ketamakan yang sifatnya hanya nikmat sesaat. Kata-kata “O..iya” setelah bencana dan kiamat tiba hanyalah ungkapan yang sia-sia belaka.
Namun begitu, tidak ada kata terlambat, sesuatu yang harus kita lakukan segera (lagi-lagi) adalah 3M ala AA Gym. Mulai dari diri kita, mulai dari hal-hal kecil, dan mulailah dari sekarang. Better late than nothing.
Dibawah ini secuil kutipan cerita dari Bukunya Cak Nun tentang protes ribuan ruh korban tsunami atas “Kekejaman Tuhan”. * Rumah-rumah, bangunan dan segala benda ambruk. Ribuan jasad manusia dilemparkan, dibanting, dihimpit, diperhinakan dengan mencampurkannya ke reruntuhan batu bata dan besi. Patahan kayu-kayu bercampur tulang belulang, daging tercabik membusuk bercampur sampah, darah sirna dalam kotoran air dan lumpur.
Teriakan-teriakan takut dan kengerian bertabrakan dengan angin badai dan terpental ke langit. Ribuan ruh-ruh terpental dari jasadnya. Terjerembab, terbanting, terlempar, terseret, napas mereka terengah-engah, tersengal-sengal...
Bahkan tatkala jasad sudah hancur lebur, ruh masih bisa tersengal-sengal. Bahkan hati ini masih ada, diberati oleh duka maha duka. Akal tak ikut mati, terpanggul di pundaknya ketidakmengertian atas semua ini. Tak ngerti yang paling tak ngerti dibanding segala tak ngerti.
Bagai kiamat kecil. Bukan!! ini kiamat besar!!. Siapa gerangan yang tega hati menyelenggarakan kehancuran ini? Makhluk apa gerangan yang tak punya nurani menghajar manusia dengan sambaran raksasa kengerian ini? Siapakah yang akan menyalahkan kami jika sekarang kami menjadi gila? Apakah ada ilmu untuk kami pakai menanggung penderitaan ini?
“Apa-apaan ini Tuhaaaan!!!” terdengar suara satu ruh. “Ya!!! Apa maksud-Mu!” sahut ratusan ruh lainnya. “Apakah derita kami adalah makananMu!” “Apakah bencana sedahsyat ini belum juga membuatMu kenyang!” ribuan ruh menyahut. “Jawablah!” “Ya, berbicaralah Tuhan!”, suara seluruh ruh itu membahana. “Jawablah, wahai Engkau Tuhan yang melakukan semua ini!” “Berbicaralah wahai Engkau Tuhan yang bikin perkara” “Wahai Tuhan yang bikin bencana, menciptakan kehancuran!”
Beribu-ribu ruh meraung bersama-sama. Di dalam raungan itu terkandung segalam macam jenis derita dan kegelapan yang pernah dikenal oleh peradaban manusia, namun kadarnya tak tertakar, tak terukur, tak terkirakan.
Tiba-tiba ribuan ruh itu terkurung oleh bola raksasa berwarna putih kebiru-biruan, bagai tabung kaca yang agung. Semua terkesiap. Terdiam. Sunyi senyap. Ruh-ruh itu memandang ke sekeliling bulatan maha besar itu. Inikah alam-barzah? Inikah alam malakut? Ataukah riyah, walayah, atau sudah tiba kami semua di semesta uluhiyah?
Bergemuruh kembali suara ribuan ruh-ruh. Menyerbu ke segala arah di dalam rongga bulatan besar itu. Dan nun diseberang sana, muncul tujuh sosok terbang menuju ke arah mereka. Ribuan ruh-ruh itu tak mengerti apakah harus takut, bingung, atau mencoba mencari sikap yang lain.
“Bencana tetap bencana, ketidakadilan tetap ketidakadilan. Bencana oleh siapa, kekejaman siapa, ketidakadilan siapa yang kalian maksudkan?” kata satu sosok tampaknya pemuka ketujuh sosok itu. “Tuhan!” ruh-ruh itu serempak “Tuhan yang bikin bencana, Tuhan yang melakukan kekejaman dan ketidakadilan?” Ruh-ruh itu sungguh tak mengerti tetapi menjawab serempak : “Yaaa!” “Sekali lagi aku bertanya: Jadi Tuhan yang menciptakan bencana kekejaman dan ketidakadilan?” “Ya” “Sebagaimana Ia menciptakan rezeki, kesantunan dan kearifan?” “Ya” “Sebagaimana Ia menciptakan kalian semua manusia, semua heawn, semua alam semesta, langit dan bumi, gunung dan sungai, tanah dan hutan, serta segala apapun tanpa ada sesuatu selain yang Ia ciptakan?” “Ya” “Apakah Tuhan menciptakan alam semesta, langit dan bumi, serta kalian semua ini, dengan membeli atau meminjam bahan bakunya dari pihak lain- sebagaimana kaliam membuat nasi dengan membeli beras di pasar?” “Tidak” “Apakah ada yang berperan atau memberikan sumbangan sesuatu kepada Tuhan untuk menciptakan segala makhluk itu?” “Tidak” “Jadi berapa persenkah saham Tuhan?” “Seratus persen” “Kalau begitu adakah pihak lain yang berhak mengambil keputusan apapun selain pemilik saham seratus persen?” “Tidak ada” “Apakah Tuhan terikat oleh kewajiban? Kewajiban dalam arti apapun. Apakah Tuhan terikat oleh anggapan-anggapan makhluknya?” “Tidak” “Apakah jika semua bencana bagi kalian maka pasti bencana juga bagi Tuhan?” “Tidak” “Apakah kalau kalian katakan semua itu adalah kekejaman dan ketidakadilan, maka demikian juga pada pandangan Tuhan?”
"Tidak" “Tapi kenapa dengan cara yang kejam dan mengerikan?”
“Tuhan senang menyaksikan keteguhan kalian itu. Sehingga sebagian kalian dibebaskan dari kebingunan yang berkepanjangan, dimerdekakan dari bau busuk dunia, dari manipulasi atas nasib kalian, sebagian kalian diberi anugerah oleh Tuhan untuk tidak perlu lagi berpusing-pusing pikiran tentang dunia yang semakin menjijikkan, kebudayan yang membuih, menghewan, serta semakin serakah dan tidak tahu diri. Sebagian kalian dijemput oleh gempa dan ombak raksasa, disongsong oleh para Malaikat, diantarkan langsung menuju sorga yang berderajat sangat tinggi. Kalian semua telah diangkat oleh Tuhan menjadi syuhada, kalian mati syahid, mati dalam keadaan menyaksikan kebobrokan dunia. Kalian menyaksikannya tidak hanya dengan mata dan ilmu, melainkan dengan nyawa dan penderitaan. Itulah semulia-mulia makhluk Tuhan. Ia telah menunggu kalian dengan cintaNya, dan sudah menghapus seluruh dosa kalian selama hidup di dunia”.
“Kalian berpikir dari sudut jasad dan dunia. Gempa itu hanya tanah bergerak, dan tanah, hanyalah sesuatu yang kalian semua pasti akan tinggalkan. Air bah hanya air yang bergerak. Air pun adalah jasad yang pasti akan kalian tinggalkan. Bahkan batang tubuh kalian adalah kerendahan serendah-rendahnya, yang akan segera aus...”