AnuGa Smg Blogspot

THE HOUSE OF ‘ULAR’
Wednesday 26 March 2008 | 6 Comments
Mengisi liburan kemarin kami melakukan sebuah perjalanan yang cukup panjang dan melelahkan. Meskipun begitu, banyak sekali hal-hal baru yang kami jumpai. Demikian hasil liputan kami :

Waktu itu sudah menunjuk pukul 11.00 siang. Matahari sudah hampir tepat di atas kepala. Kami menggeber kendaraan menyusuri jalanan desa, mengikuti seorang kerabat kami yang di depan, sebagai penunjuk jalan.

Sepanjang jalan, sejauh mata memandang hanya tampak persawahan dan kebun-kebun di kiri kanan. Meskipun panas terik tapi udara terasa cukup sejuk. Aroma tanaman padi dan pepohonan begitu harum menusuk hidung. Jauh di depan sana itulah adalah dusun yang hendak kami tuju.

Tugu yang kusangka patung Phoenix burung piaraan Albus Dumbeldore ini ternyata merupakan tapal batas sebuah desa, entah tidak kucatat apa namanya. Beberapa kilometer selanjutnya kami sudah menginjak Dukuh Sambon (kalo tidak salah).

Setelah memasuki sebuah perkampungan kami menyusuri sebuah jalan kecil. Kampung ini begitu teduh dan tenang. Beberapa menit kemudian sampailah kami ke tempat yang dituju.

Sebenarnya di jalan masuk desa tadi ada sebuah bangunan rumah kuno, yang tampaknya difungsikan sebagai rumah ‘selepan’. Karena banyak sekali onggokan ‘dami’ (batang2 padi) di pelataran depannya. Bentuk joglonya cukup unik dan di depannya ada gerbang tembok tinggi yang pada masing-masing pilarnya ada patung anjing. Sepertinya dimaksud sebagai penjaga, sebagaimana patung Joko Dolok yang membawa pentungan gada. Menyesal sekali aku tidak mengambil gambarnya,

Slurbe Kichot

Kami istirahat sebentar di rumah seorang kerabat, disana kami disuguhi hidangan special. Dengan hanya diguyur air panas, digarami, ditaburi merica, lalu diberi sentuhan daun seledri. Siap sudah. Kami satu per satu menyeruput makhluk2 itu. Slurrrrppp!!!...dikunyah perlahan-lahan. Lalu ditelan. Kadang2 masih terasa sesuatu yang bergerak naik ke tenggorokan. Nah disinilah keasyikannya ….menikmati menu spesial ini. Slurbe Kichot.

(Hoeeeeekkk!!!!! Ah bukan!!...kami tidak senista itu. Bekicot2 itu hanyalah dikumpulkan anak2, mungkin untuk mainan. Lalu iseng2 aku jepret. Aku belum gila makan bekicot hidup…apalagi menyruputnya. Hiiii….)

Slytherin

Setelah cukup istirahat, kami melanjutkan kembali perjalanan. Kali ini ditempuh dengan berjalan kaki. Sebuah jalan tanah berkerikil, di kiri kanan adalah pohon-pohon asoka yang tinggi menjulang.

Di ujung jalan berlumpur tadi sampailah kami ke sebuah perkampungan kecil.

Aroma ular sudah mulai tampak. Di pinggir2 jalan banyak ditemui bekas sisik-sisik ular. Tidak hanya itu, tampak di pelataran rumah penduduk terlihat sebentuk lonjoran-lonjoran.

Benda apakah itu?

Ternyata itu adalah slongsong kulit ular yang ‘disunduki’, kemudian dijemur di bawah terik matahari supaya kering. Pemandangan itu kami temui di depan rumah beberapa orang warga. Perhatikan yang ini.

Dan yang ini. Ini bukan gulungan rotan atau kerupuk.









Ini adalah ular-ular yang dijemur, setelah dipanggang selama 2 hari di dalam sebuah ‘oven’. Lihat prosesnya di bawah ini.


Setelah melalui beberapa proses sampai menjadi seperti obat nyamuk, maka jadilah ‘rempeyek’ itu.

Bagaimana ibu-ibu? Barangkali berminat untuk camilan, teman minum kopi, sambil nge-net wah asyik sekali tuh.

Pria di foto ini bernama Mas Hari, yang berjuluk “The Punisher” (alias tukang jagal ular). Lihat itu, “PR” nya begitu menumpuk, harus diselesaikan.

Uji Nyali

Kami di sana tidak hanya liat2 saja. Kami juga dipersilahkan untuk 'bercengkrama' dengan para ular itu. Jangankan hanya pegang atau mengelus2, kalo mau mandi ular sekalipun juga boleh. Berbagai jenis ular itu dikenalkan satu per satu, disuruh megang sepuas2nya, trus diganti lagi ular yang lain. Ada ular Jati, pelangi, cincin, cobra dll.

Ini adalah Mas Muji, beliau termasuk salah seorang pemburu dan pawang ular. Beliau sedang memberikan kursus singkat cara 'uleng-ulengan' dengan ular.

Ular dalam karung, sepertinya ini yang berjenis Cobra yang cukup ganas itu. Tidak hanya itu saja, disini juga menyediakan kulit2 ular dan aneka binatang2 melata yang sudah dikeringkan.

Jika ibu-ibu berminat kadal, tokek dkk itu bisa dijadikan bros atau susuk gelungan ibu2. Pas sekali untuk dikenakan pada acara2 semacam undangan atau arisan. Pasti dijamin lebih berwibawa dibanding Mak Lampir.

(brb....critanya masih ngalor-ngidul ya....nanti diperbaiki lagi... :D)
posted by Nuga @ 3/26/2008 07:16:00 pm
 
Akhirnya Nonton Ayat-Ayat Cinta
Thursday 20 March 2008 | 4 Comments
Selasa kemarin akhirnya berhasil juga nonton AAC di bioskop. Setelah berdjoang di medan antrian, akhirnya dapatlah kuraih 2 buah tiket. Ya…hanya 2 buah. Karena tidak mudah di “hari gini”, buat nonton film ‘best seller’ dengan hanya lenggang kangkung tanpa perjuangan. Beli sekarang, liatnya besok.

Jujur saja ketika nonton filemnya aku lebih banyak senyum lalu ketawa sendiri. Betapa tidak, Hanung yang seharusnya menghadirkan Cairo (kota menara) dengan keindahan sungai Nil, gurun pasir, kemegahan Al Azhar, pyramid, dan mahattah kereta bawah tanah yang canggih dan modern seperti Paris, ternyata hanya berkutat di seputar Lawang Sewu dan Kota lama saja.

Kami yang notabene orang Semarang, akan merasa susah sekali untuk melambungkan angan tentang keindahan negeri Mesir.
Yang ada di benak kami hanyalah: itu adalah lokasi Lawang Sewu, Kota Lama, Orang-orang Arab Pasar Johar atau Ya’ik Kauman. “Sungai Nil” yang semacam banjir kanal. Metro canggih yang tak lebih seperti kereta Kaligung yang diguncang-guncang atau pemerannya ‘mengguncangkan diri’ (coba perhatikan).

Sebuah Pasar di kota Cairo, berupa sebuah lorong gang di kota lama, dengan orang-orang Arab lalu lalang dan dagangan pasar yang ‘seadanya’.

Tak ada kemewahan dan modern di film itu. Semua serba ala kadarnya. Bangunan-bangunannya berupa rumah tua yang kusam. Barangkali hanya ada mobil Aisha yang bisa dibilang sedikit ‘wah’.

Memang kita semua akan maklum jika membaca proses pembuatannya, namun yang sangat disayangkan adalah tidak bisa syuting di Mesir. Supaya bisa lebih riil dan menambah pengetahuan kita tentang gambaran kebudayaan Islam seperti Al-Azhar, Cairo dengan Masjid2nya.

Dari segi pelaku, aku merasa sosok Maria sudah cukup pas. Sosok Aisha tampak anggun dan cantik saat mengenakan cadar. Sementara tanpa cadar terlihat ‘kurang alim’. Yang tak kumengerti adalah tentang tato yang dipakainya disaat wudhu hendak sholat.
Sosok Fahri tampak terlalu ‘culun’ dan terlalu ceria, sehingga saat sedih dan menangis terlihat tidak maksimal.
Sosok Noura terlalu Indoneisye banget.
Sedangkan pemeran lainnya juga tampak “kurang full” dalam berakting, orang-orang Arab yang berperan dengan ala kadarnya.

Bule dan nenek bule yang kelihatan seperti hanya turis sewaan. Perhatikan nenek bule yang sangat ‘tidak aktif’ malah tampak bingung seperti hendak melakonkan apa.
Pameran lainnya juga menjadi kurang ‘asing’, karena kita sudah begitu paham dengan akting-akting mereka di layar kaca.

Maneuver-manuver Hanung yang membelokan cerita dari aslinya cukup mengejutkan. Misalnya tentang “orang gila”, satu-satunya teman Fahri dalam penjara (membuat penonton yg sudah baca novelnya terpingkal2 karena merasa begitu aneh).
Pesan tentang betapa repotnya poligami, sehingga menyebabkan Maria perlu ‘dimatikan’ supaya Fahri dan Aisha bisa lebih bahagia.

Mengherankan sekali Aisha mondar-mandir di RS saat kehamilannya, juga Fahri yang berkali-kali berteriak-teriak menyuruh Aisha memanggilkan dokter. (lho yang sakit siapa si..hehehe). Moment mematikan Maria dengan cara ketika shalat berjamaah cukup membantu.

Proses pembuatannya sangat menjiwai novelnya, dimana bahwa dalam hidup ini memang tidak akan selalu mulus. Tapi benar-benar dibutuhkan apa yang namanya Sabar & Ikhlas. Karena kenyataan kadang tak seindah harapan.

Sekali lagi Selamat buat Kang Abik, atas kesuksesan novel dan film-nya. Juga buat Hanung Bramantyo yang sukses untuk film AAC nya. Barakallahu. Secara umum film ini bagus. Ditambah lagi dengan alasan proses pembuatan AAC, maka film ini bisa dibilang “Bagus Banget”.

(bukan bermaksud menjelekkan film ini. Aku sendiri sudah menyatakan sejak belum launching, bahwa film ini "Sangat Bagus". Karena negeri ini sudah 'sangat haus' akan film2 semacam ini)
posted by Nuga @ 3/20/2008 06:20:00 am
 
First Date With ....PoconG
Thursday 13 March 2008 | 3 Comments

(Kisah ini sudah pernah kuposting sekitar Juni 2007, dan dengan alasan tidak etis terhadap ‘the spirit’ lalu kuhapus, lalu secara tdk sengaja aku menemukan file ini, lalu kuposting lagi. Dan andaikata nanti merasa ‘tidak etis’ lagi…maka akan dihapus lagi. Selamat membaca)

Untuk mendukung gerakan “Nguri-uri Kabudayan Jawi” dan banyaknya nasehat diantaranya dari beliau Bapak-bapak Dalang, maka untuk episode kali ini saya tampilkan sebuah kisah nyata dengan judul asli “Memedi Pinggir Dalan Bawen” bagi yang mengalami kesulitan dalam menterjemahkan, dapat menghubungi Bune Salma sebagai salah satu pemegang kitab Kamus Bahasa Jawa komplit-plit. Cerita ini sudah usang banget, tapi sepertinya sayang kalau dibuang. Makanya direlease ulang. Sugeng midangetaken ….ning nong..ning ..nong………(gamelans sound)

Udakara kedadean iki tahun 1992 kepengker. Sawijining dina aku lungo karo Bapak lan Pak Lik numpak mobil menyang ndesa, yo nggone mbah Kakung, Eyang Putri, lan Bulik. Baline saka desa jam wolu bakda Isya'. Rikala semana Pak Lik sing biasa nyambut gawe ngompreng, duwe pamikir ngomprengake mobile sinambi bali menyang Semarang, etung-etung golek obyekan. Pamikire bisa dienggo tuku bensin lan tambahan isi kantong.

Sapinggire dalan-dalan manawa ana uwong ditawani kanthi bengak-bengok nawakake, "Semarang...semarang, Pak, Bu Semarang ....Semarang..monggo-monggo". Mangkono pambengoke Pak Lik, lan Bapak nawakake, aku ning mburi uga melu mbengok, yo ethok-ethok ngerneti barang. Ora let suwe ana bapak-bapak loro saka ndesa sing kepeneran arep lunga menyang semarang. Sawise nyang-nyangan banjur numpak.

Bapak lan Pak Lik lungguh ana ngarep, disopiri Pak Lik. Wong loro mau lungguh ana kursi tengah, lan aku ning kursi mburi dewe sing bisa dinggo teturonan.

Sawetara wektu wis ngancik jam 9 bengi, ing kebon kopi Bawen sing rikala semana isih peteng banget lan kendaraan uga kemliwer arang-arang. Dumadakan Pak Lik omongan karo Bapak, "Mas njenengan nopo priksa wau wonten putih-putih teng pinggir dalan ?" mangkono pitakone pak Lik. "Oo..niku, kadose koyo tugu, nopo...ning kok koyo buntelan tibo saking truk ngaten nggih?" wangsulane bapak karo bali takon sebab ora pati cetha barang mau. "Nopo mboten pocongan !!.." Pak lik nyauri. Dumadakan aku ning mburi mak jenggirat njondil merga krungu manawa ana pocongan. Githokku mengkorog kaweden, karo nyawang saka kaca mburi, kanthi kaweden.

"Inggih, leres niku wau pocongan...parupanipun kadose nembe mewek", sawijine penumpang mau melu rembugan. Aku tansaya mengkorog githokku. "Kados tiyang ngangge rukuh, nembe shalat teng pinggir dalan...", mangkono kandhane kancane.

Panalaranku, lelembut mau ora diweruhi dening mung wong siji, nanging kabeh weruh kajaba aku. Kamangka aku sasuwene iku uga nyawang ning ndalan saka kaca jendela sisih kiwa. Nanging aku ora patiya maspadakake, dadi ora weruh. Nanging batinku, tujune ngono aku ora weruh, menawa melu nyawang malahan ora bisa turu lan tom-tomen. Sadawane kebon kopi kuwi ora ana omah, lan memedi mau penere ana dukuh sisih kulon entek-entekane kebon. Ngancik jam 10 bengi uwis tekan omah Semarang. Kedadeyan iki dak critakake marang wong-wong omah.

Liya dina manawa aku liwat kono numpak bis jurusan semarang-solo, mesti kelingan bab kedadeyan iki lan tak critakake marang kanca-kancaku, malah ana wong sak bis padha melu ngrungokake. Aku uga nembe ngerti yen ing sisih kiwa watara setengah kilo ono sarean. Ing batin aku tansah ndedonga supaya arwah mau kaparingan pangapura lan oleh panggon sing apik marang Gusti kang murbeng dumadi.

(Kacritakake dening : Raden Mas Nuga)

posted by Nuga @ 3/13/2008 09:40:00 pm
 
Yovie N The Nuno
Sunday 9 March 2008 | 1 Comments



Ini aksi panggung mereka di Java supermall beberapa waktu lalu. Dan lagu ini (Janji Suci), oks bagheet
posted by Nuga @ 3/09/2008 10:52:00 pm
 
La Isla Bonita
Tuesday 4 March 2008 | 1 Comments
Aku dulu suka lagu ini, dan di klip ini tarian si Madonna begitu enerjik dan indah

posted by Nuga @ 3/04/2008 05:43:00 pm
 
My Photo
Name:
Location: Semarang, Jawa Tengah, Indonesia

I'm just an ordinary person

Previous Posts
Archives
Silahkan Di ISI



  • Links
    Status : NuGa
    Visit the Site
    My Link Banner



    eXTReMe Tracker



    Youahie