Pembukaan Indera ke 6
Jam 10 pagi aku dapat SMS dari mas Suto isinya “Jam 19.00 kumpul di rumah saya, acara pembukaan indera ke 6 di Lawang Sewu”. Sebuah acara yang tidak pernah terbersit di benakku. Walaupun penasaran, tapi ngeri juga membayangkan apa yang akan terjadi nanti malam.
Setahuku memang sudah lama ada event jelajah malam di lawang sewu. Tapi acara ini beda karena termasuk metode latihan di GH. Dimana nanti kami didaulat untuk bisa melihat hal-hal yang gaib, seperti penampakan, dll.
Memang sudah biasa acara-acara tertentu di GH diadakan mendadak. Karena berdasarkan kemantapan hati, yang harus diadakan pada saat itu juga. Jadi kalau memang berangkat nanti malam, ya berangkatlah saat itu.
Si kecil Dani terpaksa diajak
Seperti biasa aku berangkat bareng adiku. Jam 19.00 kurang kami sudah sampai di tempat kumpul, setelah diberi wejangan sebentar sambil nunggu peserta yang belum datang. Kami semua satu per satu semacam ‘dibuka’. Mas Suto menggerakkan jarinya seperti membuka di dahi kami. Setelah itu disuruh minum air putih. Ini dimaksudkan supaya kami nanti bisa melihat hal-hal gaib. Oya mas suto katanya sudah “Ndodog Lawang” sejak siang tadi.
Tiba-tiba adiku dapat sms suruh jemput anaknya. Memang seperti biasa, kalau istrinya masuk shift malam, anaknya dititipkan di rumah Mba Sri (kerabat), dan waktu itu karena ada suatu hal adiku di sms supaya menjemput anak lakinya (Dani).
Bingung juga, karena rencana sudah matang, sayang sekali kalau harus batal. Dan bingung juga karena Dani yang masih kelas TK nol besar itu harus dikemanakan. Ternyata Mas suto bilang diajak aja gak papa. Khawatir juga masak anak kecil diajak latihan di tempat seperti itu. Tapi karena mas suto bilang gitu ya terpaksa diajak. Pikir adiku nanti dia nunggu di luar saja. Lalu kami berdua pulang dan rencana ketemuan di Lawang sewu.
Saluran Bawah Tanah
Acara molor jadi jam 21.00 lebih karena nunggu peserta yang masih ada urusan. Gedung lawang sewu berdiri megah dengan angkernya malam itu, jendela-jendela tingkatnya tampak gelap dan mengerikan.
Tampak mas Suto sedang bernegosiasi dengan para penjaga. Ternyata malam itu sedang ada syuting film, kabarnya sih judulnya “Lawang Sewu” dibintangi Nirina Zubir, entahlah nanti lihat aja.
Dengan dipandu seorang penjaga yang hanya membawa senter, kami masuk melalui arah samping gedung, tempat yang dituju adalah saluran bawah tanah, dimana dulu di acara Dunia Lain terdapat penampakan. Sambil masuk tampak mas suto menghitung kami peserta “Uji Nyali”. Semua ada 9 orang termasuk si kecil Dani. Waktu masuk kami ketemu rombongan lain beberapa cowok dan cewek, yang tampaknya seperti mahasiswa. Pemandunya nyeletuk ke kami “Adik kecil digandeng, jangan dilepas ya”.
Dari belakang gedung lawang sewu berbentuk huruf “L” dan lokasi bawah tanah ada di ruangan paling ujung yang dekat dengan sungai. Dalam ruangan kosong itu tampak pintu besi di dinding yang menuju ke bawah tanah. Satu per satu kami masuk, Dani digandeng bapaknya dan kupegangi dari belakang. Tampak dia agak merasa takut, tapi diam saja. Dari rumah aku sangu korek gas senter, kuberikan 1 ke adiku dan yang satu diminta Mas suto. Kunyalakan Light di ponselku cukup terang juga, sekaligus memang untuk syuting atau jepret2 disitu. Dari pintu besi itu belok ke kiri lalu menuruni tangga dengan pegangan besi. Belok lagi kami sudah sampai di terowongan saluran, mas Suto di depan beri aba-aba berhenti disini saja. Kami duduk berderet di pipa besi di kiri kanan ruangan itu saling berhadapan. Pekat sekali dan udara pengap tapi dingin. Ketika mati lapu, melek pun tidak bisa lihat apa2. Pak penjaga menunjukkan tempat dimana peserta uji nyali Dunia Lain duduk. Dan kami duduk disitu pula.
Ritual
Semua lampu dimatikan, gelap sekali aku tidak bisa lihat apapun, hanya hitam saja. Kami mulai bersedekap, memejamkan mata, konsentrasi. Mas Suto memandu kami, supaya konsentrasi dan apapun yang terjadi supaya tetap di tempat. Aku tambah merinding. Lalu ada instruksi untuk melakukan pemagaran badan dan doa pokok, lalu kudengar tarikan nafas, lalu seperti gerakan mengusap seluruh badan masing-masing peserta. Aku sendiri bingung harus ngapain. Jadi aku baca2 sebisanya. Lalu semua hening. Suasana benar-benar sunyi senyap, dan mencekam. Satu hal yang membuat kami semua lebih pede adalah si Dani. Dia benar-benar memberi power kepada kami yang tua-tua. Dalam hati ada anak kecil di sini knapa kami yang gede harus takut J.
Rombongan Mondar-mandir
Setelah beberapa saat kami bermeditasi, terdengar suara langkah, sepertinya banyak, seperti sedang menuruni tangga, lalu disusul langkah seseorang berjalan menyambutnya. Senter mulai dinyalakan, lalu yang lain juga menyalakan. Ternyata rombongan tadi ikut turun ke bawah tanah. “maaf, maaf, numpang lewat….nyuwun sewu, numpang lewat”. Dugaan kami tadinya mereka tidak berani turun, tapi melihat kami dan ada anak kecil pula, mereka jadi ikut. Fiuhhh…capek deehhh…
Ternyata mereka jalan terus melewati terowongan, padahal tadinya kukira angker sekali melewati pintu berikutnya (pintu dimana muncul makhluk waktu uji nyali Dunia Lain).
Ok kami mulai lagi, konsentrasi, suasana kembali hening dan mencekam, Sejak awal aku tidak berani membuka mata, tetap merem, dan setelahnya aku tau beberapa teman juga tidak berani buka mata (hehe). Tidak mau resiko nglihat sesuatu. Beberapa menit berlalu, tiba-tiba kudengar suara gaung, seperti suara wanita yang lamat-lamat. Aku agak tegang, wah ini ..kubayangkan dia akan muncul dari pintu terowongan itu. Semakin lama makin jelas, dan….kok seperti bercakap-cakap, ternyata……..fiuh….rombongan tadi balik lagi. “Maaf, maaf, numpang lewat….nyuwun sewu, numpang lewat”. Capek deeehhhh….
Tentang penarikan pusaka….(mohon maaf belum diekspos)
Alhamdulilah acara berlangsung sukses, walaupun kurang memuaskan, karena ada gangguan rombongan mondar-mandir dan juga terpaksa mengajak anak kecil. Tapi ada sesuatu yang berhasil didapat. Aku sebagai newbie bersyukur sekali acara meditasi hanya berkutat dengan benda pusaka dan bukan uji nyali. Sebenarnya formasinya adalah kami duduk sendiri-sendiri misalnya masing-masing satu ruang atau dijarak (wah gak kebayang). Waktu itu karena membawa anak kecil jadi dibuat formasi rapat, karena tidak mungkin si kecil ditinggal atau dijaga seorang. Cukup mengesankan dan lucu.