AnuGa Smg Blogspot

Hawa panas, hati sejuk
Sunday 26 April 2009 | 56 Comments
Siang itu teramat teriknya. Matahari seakan-akan membakar sepanjang jalanan beraspal ini. Bolongnya lapisan ozon di atas sana, membuat panas luar biasa rasanya di badan. Kadang justru terasa menggigil seperti demam karena amat panas. Meskipun pengendara motor sudah berjaket dan asesories lengkap, tapi tetap tembus, seperti diopen dalam microwave.

Tiba-tiba di depan sana. “Diiiinnnn......diiiiiiiiiiiiiiiiinnnnnnnnnnnnnnnnn…” suara klakson panjang melengking. Disambung lagi mobil di belakangnya. “Teeeeeeeeeeeeeeeeeeeeet……tet…teeeeeeeeeeeeeeeeeeetttttttttttttt” panjang tak kalah geramnya. Di baris ketiga tak ketinggalan…”Diiin….din…diiiinnnn….”, “Diiin…dinn…diiinn…, diiiiiiiiinnn…..” membunyikan klakson mobilnya sesuka hatinya.

Bunyi-bunyian itu tak henti-hentinya, hingga memekakkan telinga. Suaranya berasal dari tiga buah mobil mewah edisi mutakhir. Mereka terhenti karena terjebak macet, dan rupanya ada sesuatu yang membuat macet di depan sana. Sesekali orang di dalamnya melongok-longok mengumpat-umpat mengomel.

Ternyata di depan ada tukang becak yang overload kelebihan beban. Setelah dimuati beberapa zak semen, dan material-material lainnya. Beberapa lonjor besi beton cor bertengger memanjang di atas becaknya. Tak terbayangkan betapa beratnya. Lagi pula di titik itu jalan sedikit menanjak.

Bapak tukang becak tampak kepayahan mendorong becaknya yang sarat beban. Tak ada seorang pun tergerak untuk sudi menolongnya. Hati manusia sudah pada tuli tampaknya. Pak becak itu sudah berusia lanjut tapi tubuhnya masih tegap berotot ulet. Kulitnya legam, menandakan secara historis dia sering bergelut dengan panas matahari dalam mencari nafkah.

Didorongnya becak itu sekuat tenaganya. Sepertinya sudah berkilometer dia mengayuh, dan di tanjakan ini adalah sisa-sisa tenanganya. Mukanya menunduk ke bawah agar tidak silau terpampang matahari. Sambil mengerahkan tenaganya menatap aspal di bawahnya yang seperti menggembur kepanasan. Sandal jepitnya seolah meleleh pula lengket dengan aspal.

“Diiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiinnnn….teeeeeett…dooott..dott…..tiiiiiiiinnn” segala tetet towet klakson ditekan semakin kencang dan marah.

“Ya Allah….ya Allah….” gumam pak becak.
“Demi Tuhan!...ini sangat berat!”

Sambil mendorong, fikirannya berkecamuk.
“oh ..tidakkah kalian tahu..ini sungguh berat, otot-otot tubuhku serasa hendak putus, mohonlah bersabar sedikit”
“tolong sabarlah sedikit”

Pak becak tak mungkin menepikan becaknya karena trotoar sangat tinggi, jika nekat bisa-bisa muatannya tumpah bercerai-berai. Sementara kendaraan dari arah berlawanan tak henti-hentinya berlalu lalang.

“Doooeeeeeeeeeettttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttt…doeeeeeeeeeeeeeetttt” makhluk-makhluk bermobil bertambah murka.

“Ya Tuhan….kalian manusia atau bukan!, oh…” dalam benaknya Pak Becak berkata-kata.
“Ada apa dengan kalian ini, tidak taukah rasanya melakukan ini. Tidakkah di dalam mobil begitu dingin dan sejuk. Berjam-jam didalamnya pun kalian bisa pulas. Keburu apa kalian? Hendak kemana? Apakah kalian ingin segera mencebur ke neraka?”

Suara klakson makin menggila bersahut-sahutan.
“Oh…mohon bersabarlah..berat sekali ini…Oh Tuhanku”
“Andai boleh bertukar sebentar saja, kalian coba dorong benda ini, dan jika kalian mengeluh melakukan ini.…akan kucambuk kalian dengan besi cor keras ini. Agar kalian mengerti.” batinnya geregetan.

Fikiran Pak Becak kesana kemari. Napasnya seakan hampir putus.
Setelah ada celah di sisi kanan, mobil-mobil itu menyalip dengan brutalnya.
“Oooo…Dasar Budheeeg!!!!!” seseorang mengumpatinya. Beberapa lainnya merengut dan memelototkan matanya sambil menggeber-geber gas mobilnya. Seolah-olah Pak Becak adalah pendosa yang amat berat.

Pak Becak terhenyak, dia hendak marah, tapi ditahan perasaannya. Lalu menunduk lagi tetap terus mendorong bebannya. Tak terasa air matanya menetes.
“Tidak tahukah kalian..demi 15ribu rupiah aku melakukan ini, dan demi menafkahi keluargaku”.
“Tuhan menghendaki aku seperti ini, dan menghendaki kalian demikian. Sungguh enak sekali kalian, tidak bersusah payah setiap hari. Tapi kenapa kesejukan di dalam sana, sepertinya membuat otak kalian mendidih”
“Rupanya kalian manusia tapi berotak anjing, yang kerjanya hanya menyalak”
“Tidak adakah sedikitpun rasa sabar, dan bersyukur”
“Andai kalian adalah anak-anakku, pasti sudah kutampar mulut kalian yang tak mengerti sopan santun. Kupukul kepala kalian yang dungu dengan bambu.””Supaya kalian mengerti, bahwa pukulanku adalah jauh lebih baik. Ketimbang kalian disiksa oleh Sang Pemberi Balasan”.
“Tubuhku boleh sangat lelah dan panas, tapi hati dan pikiranku amatlah sejuk”
“Oh Tuhan Terima kasih ….atas semua ini”
posted by Nuga @ 4/26/2009 06:51:00 pm
 
Hati Hancur Jadi Debu
Monday 6 April 2009 | 24 Comments
.
Alkisah. Sebuah keluarga kecil di suatu rumah yang sederhana. Yang sedang giat membangun usaha mulai dari nol. Pagi-pagi buta mereka berdua sudah mulai bekerja. Mereka merencanakan segalanya berdua, tentang usaha dan masa depan mereka. Demikian bertahun-tahun mereka jalani. Peras keringat, banting tulang, bahu-membahu demi memenuhi segala kebutuhan dan meningkatkan perekonomian keluarga. Kehidupannya harmonis penuh cinta kasih. Tahun demi tahun usahanya semakin lancar dan maju.


.
Tuhan mengaruniai mereka anak-anak yang banyak. Anak-anak yang lincah dan lucu. Sang istri merawat anak-anaknya dengan sabar dan penuh kasih sayang. Di tahun-tahun kesuksesannya mereka membeli lagi rumah, tempat usaha, mobil, dan aneka perabot yang diinginkan. Sang suami pun makin sibuk bekerja kesana kemari.
.
Meskipun sesekali mereka beribadah, tampaknya hal-hal wajib yang menjadi komitmennya dengan sang pencipta sering mereka lupakan. Memang sudah menjadi ketetapan, hidup adalah perjuangan, hidup akan sarat dengan berbagai ujian dan cobaan.
Di puncak kebahagiaan dan kesuksesannya, awan hitam berarak mendekat. Sang suami mulai sering di luar rumah. Kadang beberapa hari tidak pulang. Riak-riak kecil mulai tampak. Desas-desus yang dihembuskan sang angin, masih dianggap kabar burung. Pikir istrinya, tidak mungkin begitu. Kami berdua saling mencintai. Itu yang hanya ingin dia tahu dan yakini.

Hingga suatu ketika di pagi yang cerah. “beep-bep…beep-bep”…..bunyi nada sms dari HP suaminya. Dibacanya isi sms itu. “Yank….kangen nich, kapan kita bercinta lagi…kutunggu yank…”
Bagaikan guntur yang menggelegar di kepalanya atau sengatan lebah di gendang telinganya. Nafasnya sesak tersengal-sengal. Hatinya seperti diiris sembilu. Air mata pun tak kuasa dibendungnya. Simpul-simpul halus yang selama ini tak diyakininya, ternyata benar. Suaminya ….selingkuh!! Badannya lunglai, lalu ..pingsan.
**
Malam itu hujan amat lebat, kilat menyambar mengguntur. Seolah mengiringi hati yang remuk redam di keluarga itu. Istrinya menjerit-jerit kalap, sementara semua anak-anaknya menangis. Segala yang ada dibanting hancur berantakan. Sang suami mengampun berurai air mata, memohon maaf pada istrinya. Sambil menggendong si bayi di tangan kirinya, sedangkan yang lebih besar ada digandengan kanannya. Sementara anak-anak yang lain memeluk kaki ibunya mencegah supaya tidak pergi. Semua bertangisan. Namun Istrinya tetap bersikeras untuk pergi meninggalkan mereka...…Minggat!!.
Entah kekuatan iblis apa yang merasuk, dibantingnya anak-anaknya yang mencengkeram kakinya, hingga membentur tembok dan anak satunya terlempar ke pagar. Kemudian dia pun berlari ditelan gelapnya malam dan hujan.
.


Sebulan kemudian…
Saat ini mereka telah bersatu kembali, bersepakat membina rumah tangga baru di rumah yang baru. Namun tampaknya sang istri hatinya telah mati. Hatinya yang terluka menganga tak mudah diobati lagi. Satu sentuhan masalah kecil baik hanya mendengar lagu atau cerita tentang perselingkuhan akan membuatnya histeris dan gila. Seringkali dalam kesendiriannya, matanya menatap kosong, hampa. Hidup segan mati tak hendak. Hatinya telah tertoreh, terluka tiada tara. Seakan tak percaya pada nasibnya, sulit menerima suratan dan cobaan yang Tuhan pasti berikan pada siapapun.
.
Sang suami meskipun menyesali perbuatannya, tapi nasi telah jadi bubur. Betapa sering kenikmatan dunia direguknya di waktu lalu. Namun tak pernah menyangka akibatnya. Kehancuran tidak hanya menimpanya, tapi juga anak-anaknya yang tak berdosa. Anak-anaknya menjadi linglung, kehilangan masa kanak-kanaknya yang penuh ceria. Otaknya dipaksa untuk berpikiran dewasa. Sekeluarga menjadi gunjingan dan cemoohan warga, sehingga merekapun terusir dengan sendirinya.
.
Tiada lagi kebahagiaan terpancar dari wajah-wajah itu selain kemuraman yang menyelimuti. Istrinya kadang terlihat berjalan gontai sambil menggendong anaknya berjalan tak tentu arah. Jika disapa kadang tak merespons, seolah-olah tidak peduli dengan lingkungannya dan dunia ini. Diapun begitu jijik bersinggungan dengan suaminya lagi. Seakan ditutup hatinya untuk selamanya. Baginya Kesetiaan adalah harga mati.
.
.
(The Power of Love)
Cinta...
Indahnya dapat menjadikan kita bahagia, melebihi apapun.
Dan sakitnya dapat menimbulkan penderitaan melebihi apapun.
***
posted by Nuga @ 4/06/2009 09:12:00 pm
 
My Photo
Name:
Location: Semarang, Jawa Tengah, Indonesia

I'm just an ordinary person

Previous Posts
Archives
Silahkan Di ISI



  • Links
    Status : NuGa
    Visit the Site
    My Link Banner



    eXTReMe Tracker



    Youahie