Waterfall in my house
Monday, 18 February 2008

It's rainning cats and dogs. Light flashing and thunders rolling......

18 Feb 2008 (Catatan kemarin)

Malam ini aku berencana untuk tidur agak gasik, karena kemarin, kemarin dan kemarinnya lagi aku selalu ‘ngalong’ sampai dini hari. (mengutip istilah Bune Salma) Hutang tidurku sudah sangat menumpuk, minta dibayar.
Aku tidak boleh sok kuat, karena bisa jadi bencana di pagi harinya. Pagi buta sudah dioprak-oprak my Mum or my Sis. Suruh antar ke pasar dan ke sekolah. Aku jadi ingat si Fulan yang kerjanya ‘ternak teri’ alias nganter anak, nganter istri. Hahaha…

Di luar sana hujan masih sedang-sedang saja, kadang rintik-rintik kadang tiba-tiba terdengar deras. Ternyata tidak hanya manusia yang bisa main tebak-tebakan.

Jam menunjukkan Pukul 11.00 pm, mata ku sudah tinggal 5 watt, ranjang yang empuk, selimut yang hangat sudah memanggil-manggil, maklum aku belum punya ‘selimut hidup’. Jadi hanya merekalah yang selalu menemani tidurku.

Setengah sadar…tanganku masih menggenggam HP, menunggu seseorang mencelotehkan sesuatu atau BUZZ!!. Tanpa terasa HP ku melorot jatuh, spontan aku terbangun, dengan mata setengah melek…Oya, aku ingat belum setel alarm. Lalu aku terlelap lagi. Haaah…dingin..banget….Oh ternyata kipas masih menyala. Aku bangkit dengan lunglai mematikan kipas. Ceklik!!. Ah…nyaman sekarang.

Lamat-lamat kudengar gemuruh hujan yang menggila. Entah sadar atau mimpi, otakku memikirkan sesuatu. Tentang hujan.
“Gila hujannya…deras sekali!!”. “Deras dengan ritme yang panjang sekali”. Pasti sungai di seberang sana, mbludag. Pasti rumah adikku banjir sampai masuk ke kamar-kamarnya, pasti di depan air mengalir deras. Tak bisa kubayangkan banjir/rob di pinggiran-pinggiran pantai seperti rumah Neng Tia si Angin Berbisik.

Tiba-tiba pintu kamarku terjeblak…ibuku dengan tenang berkata “Lihat itu atap depan seperti grojogan”. Aku bangkit bangun dengan mata masih lengket, seperti dibanduli benda berton-ton rasanya. Aku mendongak melihat jam….sekitar pukul 02.00 dini hari. Aku berdiri dengan rasa yang tidak karu-karuan karena masih sangat mengantuk.

Dengan terhuyung-huyung aku menuju ruangan depan. Benar saja, dalam cahaya remang-remang kulihat air mengucur deras dari eternit. Kira-kira seluas 3 x 2 meter persegi. Deras sekali melalui celah-celah eternit. Neon tidak dinyalakan karena basah, takut konslet. Spontan aku jadi bugar dadakan. Kami semua lalu lintang pukang menyelamatkan benda-benda di bawahnya. Aku mencoba memindahkan motor, ops!! kunci aku lupa. Macam di bawah shower saja kami jadi basah kuyup. Kusambar mantel yang kugantung di belakang. Heran…aku pakai mantel di dalam rumah.

Setelah semua beres, lalu lari mengambil ember, gabus kotak tempat es, panci dll untuk tadah air hujan. “Wah ini pasti talangnya tersumbat daun-daun…aku tak naik ya?” tanya Bapakku minta ijin Ibuku. “Uh…macam mau ke medan laga saja” batinku tertawa.
Dengan hanya bersinglet dan celana pendek, beliau lari ke loteng. Setelah mengeluarkan ilmu ‘ginkang’ mulai merayap ala spidermen. Ternyata benar, daun-daun menumpuk menutupi lubang pembuangan air. Setelah dibersihkan lalu mengucurlah air melalui pipa.

Sementara kami di bawah. Ibuku menggiring air dengan “engkrak” ke arahku, lalu kuterima air itu dengan tendangan menyamping ala David Beckham ke arah teras.. Begitu dan seterusnya. Orang-orang di luar menatap kami keheranan. Bagaimana mungkin, tidak ada banjir, air bisa sebanyak itu dikeluarkan dari dalam rumah.
Tak terasa 1 jam sudah kami bergelut dengan air. Hujan sudah agak reda.

Iseng-iseng aku mengecek ke ruangan komputer. Ternyata masalah belum selesai. Waaaaaaaaaaaa…..!!! Ternyata bocor juga!! air menetes ke tumpukan kertas-kertas. Basah semua baik yang di luar maupun yang di dalam dus. Lalu aku ambil loyang stainless tempat sayur buat tadah titik-titik air bocor. Hmm…aman sekarang.

Dengan lunglai mantel kulempar di belakang. Aku masuk kembali ke kamar, setelah mengeringkan badan, aku merebahkan kembali badanku ke pembaringan yang nyaman. Sepanjang sejarah rumah kami tidak pernah kebanjiran, hanya lewat saja di jalan depan turun ke tempat lebih rendah di sekitar “Playaran”. Tapi ini malah ada waterfall di dalam rumah…fiuh.
posted by Nuga @ 2/18/2008 09:45:00 am

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home

 
My Photo
Name:
Location: Semarang, Jawa Tengah, Indonesia

I'm just an ordinary person

Previous Posts
Silahkan Di ISI



  • Status : NuGa
    Visit the Site
    My Link Banner



    eXTReMe Tracker



    Youahie