Sunset in Bali
Friday, 11 May 2007
2005. Tanpa prepare kami berencana ke Bali. Waktu hanya 2 hari, Kamis malem berangkat, dan hari minggu sudah harus sampai di Semarang, karena Senin hari kerja. Semua dilakukan serba kilat, whatever pokoknya sampai ke Bali. Segala biro perjalanan sudah tidak ada, karena sudah sore. Lalu pakai cara oper naik bus ke terminal menuju Surabaya baru disambung lagi tujuan Bali. Sampai Surabaya sekitar jam 3 pagi. Nunggu bus jurusan Denpasar, dan baru dapet jam 7 pagi, tapi ngetem di terminal dan baru brangkat sekitar jam 11 an ….gilee benerrrr….
Di Gilimanuk, diatas kapal feri aku menikmati pemandangan laut yang indah, terlihat Pulau Bali di seberang lautan begitu mempesona, meskipun segalanya indah tapi waktu itu aku benar-benar kelelahan dan pusing. Perut mual dan kepala pening. Ditambah lagi “feeling blue” semua keindahan itu terasa diselimuti mendung kelabu yang tebal. Dunia rasanya seperti berputar-putar. Kira-kira jam 9 malam kami sampai terminal Bali, turun dari bus nyari wartel buat cari info INN. Karena baru pertama kali menginjak tanah Bali, akhirnya diputuskan nyari pake Taxi, tidak lupa beli makan dulu di McD untuk bekal. Setelah kesana kemari masih belum dapat, lalu coba cari di sekitar Kuta disana banyak pilihan (katanya). Karena waktu itu bersamaan dengan waktu liburan jadi semua serba padat, penuh dan macet. Sebagian penginapan sudah full book. Mulai dari bintang toedjoe sampe bintang kecil, rata-rata penuh. Lama sekali masih belum dapat, dimataku yang semakin sayu tampak bayangan bantal guling begitu nikmat. Setelah berputar-putar tanya dari satu tempat ke tempat lain, akhirnya dapat juga di Mastapa Garden di Jalan Legian. Seperti namanya tempat itu dirancang seperti kebun, penuh dengan tanaman menjalar dan kolam-kolam serta jembatan diatas kolam. Suasananya gelap sekali. Kupikir seperti kosong banyak kamar tidak dihuni. Mengerikan. Aku tidak perduli karena sudah lelah sekali. Dan aku bersyukur kami tidak perlu bergayut ala tarzan heheh. Setelah dibuka oleh mas Satpam yang kekar kami masuk. Didalamnya didesain semua terbuat dari rotan, almari, kursi, dll semua serba rotan. Tempat tidurnya nya pun terbuat dari bambu dan rotan. Ruangan itu agak pengap karena mungkin agak lama tidak dihuni. Coba cek toilet, di ruangan belakang pintu dibuka lalu terpampang ruang terbuka sehingga bisa dilihat bintang-bintang dan kegelapan malam. Disitu ada bathup plus shower, dan wastafel. Kalau mau mandi hanya ditutup gorden plastik, dan kalau BAB ya di ruangan terbuka itu. Wedewww. Ah tempat ini memang didesain supaya suasana benar-benar alami (natural). Paginya kami breakfast di restoran hotel, ternyata tempat ini cukup bagus juga, ada taman-taman dan kolam. Ternyata cukup banyak juga tamu-tamunya. Menunya nasi goreng, secangkir kopi dan semangka sebagai desert. Setelah itu acara jalan-jalan. Setelah beli kamera pocket, kami coba action jeprat-jepret di monument Bom Bali yang ada di jalan Legian. Terus jalan ke Pantai Kute yang hanya beberapa ratus meter. Di pantai tampak banyak beach boy dan bule-bule hanya dibalut bikini jalan-jalan dan duduk-duduk di pantai.
Disana bertemu dengan Charles warga Belgia (kalo gak salah), umur sekitar 60an. Ketemu dia di Pantai Kute, waktu itu dia tiduran di pasir sambil baca buku “belajar bahasa mandarin”, lalu kami sapa itung-itung latihan English. Charles was a teacher, dan dia barusan divorce (cerai) dengan istrinya. Setelah ngobrol ngalor ngidul kami putuskan jalan-jalan ke tempat-tempat wisata di Bali. Ternyata cukup murah dan gampang, sewa Taxi 250rb keliling Bali. Setelahnya ternyata lebih gampang, cukup sewa motor muter2 seharian hanya sekitar Rp. 60ribu. Tentu saja sambil lihat map.
Terakhir kami ke Jimbaran, sebuah wisata pantai yang terkenal dengan menu ikan bakarnya, warung-warung berbentuk panggung di pinggir pantai. Dalam perjalanan memasuki pantai banyak jalan ditutup, tampak orang-orang berbondong menuju ke pantai dengan pakaian adat Bali warna putih, memakai beskap dan sentang. Seorang ibu membawa gunungan buah-buahan. Herannya buah itu ditaruh dikepala tanpa dipegangi. Herannya lagi dia membawanya sambil naik motor, kepalanya tampak sesekali bergerak kiri-kanan mengimbangi nampan buah-buahan di kepalanya. Waaaooo… hebat-hebat !!!… aku sempat jepret tapi hasilnya kurang bagus, dan tertutup kaca taxi.
Sampai di pantai Jimbaran, ternyata tidak ada apa-apa disana, sepi dan warung-warung ikan bakar ternyata tutup semua karena ada upacara tadi. Akhirnya kami cuma duduk-duduk ngobrol dan foto-foto. Nunggu sunset katanya bagus. Ok, charles memotret kami, inilah hasilnya. It was a sign. Ternyata tidak hanya sun yang set, my heart juga ikut set setelah itu (hehe). The days after, we were also…..divorce.
Di Gilimanuk, diatas kapal feri aku menikmati pemandangan laut yang indah, terlihat Pulau Bali di seberang lautan begitu mempesona, meskipun segalanya indah tapi waktu itu aku benar-benar kelelahan dan pusing. Perut mual dan kepala pening. Ditambah lagi “feeling blue” semua keindahan itu terasa diselimuti mendung kelabu yang tebal. Dunia rasanya seperti berputar-putar. Kira-kira jam 9 malam kami sampai terminal Bali, turun dari bus nyari wartel buat cari info INN. Karena baru pertama kali menginjak tanah Bali, akhirnya diputuskan nyari pake Taxi, tidak lupa beli makan dulu di McD untuk bekal. Setelah kesana kemari masih belum dapat, lalu coba cari di sekitar Kuta disana banyak pilihan (katanya). Karena waktu itu bersamaan dengan waktu liburan jadi semua serba padat, penuh dan macet. Sebagian penginapan sudah full book. Mulai dari bintang toedjoe sampe bintang kecil, rata-rata penuh. Lama sekali masih belum dapat, dimataku yang semakin sayu tampak bayangan bantal guling begitu nikmat. Setelah berputar-putar tanya dari satu tempat ke tempat lain, akhirnya dapat juga di Mastapa Garden di Jalan Legian. Seperti namanya tempat itu dirancang seperti kebun, penuh dengan tanaman menjalar dan kolam-kolam serta jembatan diatas kolam. Suasananya gelap sekali. Kupikir seperti kosong banyak kamar tidak dihuni. Mengerikan. Aku tidak perduli karena sudah lelah sekali. Dan aku bersyukur kami tidak perlu bergayut ala tarzan heheh. Setelah dibuka oleh mas Satpam yang kekar kami masuk. Didalamnya didesain semua terbuat dari rotan, almari, kursi, dll semua serba rotan. Tempat tidurnya nya pun terbuat dari bambu dan rotan. Ruangan itu agak pengap karena mungkin agak lama tidak dihuni. Coba cek toilet, di ruangan belakang pintu dibuka lalu terpampang ruang terbuka sehingga bisa dilihat bintang-bintang dan kegelapan malam. Disitu ada bathup plus shower, dan wastafel. Kalau mau mandi hanya ditutup gorden plastik, dan kalau BAB ya di ruangan terbuka itu. Wedewww. Ah tempat ini memang didesain supaya suasana benar-benar alami (natural). Paginya kami breakfast di restoran hotel, ternyata tempat ini cukup bagus juga, ada taman-taman dan kolam. Ternyata cukup banyak juga tamu-tamunya. Menunya nasi goreng, secangkir kopi dan semangka sebagai desert. Setelah itu acara jalan-jalan. Setelah beli kamera pocket, kami coba action jeprat-jepret di monument Bom Bali yang ada di jalan Legian. Terus jalan ke Pantai Kute yang hanya beberapa ratus meter. Di pantai tampak banyak beach boy dan bule-bule hanya dibalut bikini jalan-jalan dan duduk-duduk di pantai.
Disana bertemu dengan Charles warga Belgia (kalo gak salah), umur sekitar 60an. Ketemu dia di Pantai Kute, waktu itu dia tiduran di pasir sambil baca buku “belajar bahasa mandarin”, lalu kami sapa itung-itung latihan English. Charles was a teacher, dan dia barusan divorce (cerai) dengan istrinya. Setelah ngobrol ngalor ngidul kami putuskan jalan-jalan ke tempat-tempat wisata di Bali. Ternyata cukup murah dan gampang, sewa Taxi 250rb keliling Bali. Setelahnya ternyata lebih gampang, cukup sewa motor muter2 seharian hanya sekitar Rp. 60ribu. Tentu saja sambil lihat map.
Terakhir kami ke Jimbaran, sebuah wisata pantai yang terkenal dengan menu ikan bakarnya, warung-warung berbentuk panggung di pinggir pantai. Dalam perjalanan memasuki pantai banyak jalan ditutup, tampak orang-orang berbondong menuju ke pantai dengan pakaian adat Bali warna putih, memakai beskap dan sentang. Seorang ibu membawa gunungan buah-buahan. Herannya buah itu ditaruh dikepala tanpa dipegangi. Herannya lagi dia membawanya sambil naik motor, kepalanya tampak sesekali bergerak kiri-kanan mengimbangi nampan buah-buahan di kepalanya. Waaaooo… hebat-hebat !!!… aku sempat jepret tapi hasilnya kurang bagus, dan tertutup kaca taxi.
Sampai di pantai Jimbaran, ternyata tidak ada apa-apa disana, sepi dan warung-warung ikan bakar ternyata tutup semua karena ada upacara tadi. Akhirnya kami cuma duduk-duduk ngobrol dan foto-foto. Nunggu sunset katanya bagus. Ok, charles memotret kami, inilah hasilnya. It was a sign. Ternyata tidak hanya sun yang set, my heart juga ikut set setelah itu (hehe). The days after, we were also…..divorce.
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home